Lebih lanjut, Satriadi menuturkan bahwa robot yang dibeli pada tahun 2019 itu, lebih tepat digunakan untuk mengantisipasi kebakaran yang terjadi di trayek kereta Light Rail Transit (LRT) Jakarta atau Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta.
Selain itu robot tersebut juga lebih cocok diaplikasikan di tempat-tempat yang sangat berbahaya seperti kobaran api yang terjadi di kilang minyak.
"Karena robot kan memakai remote control dari jarak jauh. Jadi untuk keamanan petugas lebih bisa dipakai," katanya.
"Karena di situ ada bahan material yang berbahaya seperti ledakan, zat kimia atau gas beracun," imbuhnya.
Selain itu, robot pemadam kebakaran tersebut disebutkan untuk menghadapi bahaya dalam jangkauan yang dekat.
"Untuk masuk bangunan itu juga nggak bisa, jadi bronto skylift paling efektif untuk di bangunan tinggi, karena bisa salah kami kalau memakai robot."
"Kecuali ada di MRT atau LRT yang ada di bawah tanah," pungkasnya.
Melansir informasi dari Kompas.com, kebakaran hebat yang terjadi di gedung Kejaksaan Agung, Jakarta Selatan, diketahui terjadi pada Sabtu (22/8/2020) malam kemarin.
Menurut informasi kebakaran yang berasal dari gedung di lantai enam itu menyala sekitar pukul 19.10 WIB.
Menyala sekitar 12 jam, Jaksa Agung ST Burhanuddin menegaskan berkas perkara dan alat bukti yang ada di sana berhasil diselamatkan.
(*)