Namun setelah sang ibu mengidap gangguan jiwa, mereka memilih tinggal di kebun milik ayahnya.
Sementara si sulung atau kakak Kris yang berusia 12 tahun mencari nafkah ke Kota Bajawa.
Adik bungsunya dibawa pergi oleh sang ibu sejak pergi meninggalkan rumah.
Alhasil, mau tak mau Kris harus menghidupi dua adik yang saat ini ikut denganya.
Hal ini juga dibenarkan oleh Jeremias F Bhobo selaku pemerhati sosial di Ngada.
"Sejak bapak dan mama mereka meninggalkan mereka, si Kris yang umur 9 tahun jadi tulang punggung mereka," ungkapnya.
Untuk mendapatkan uang, Kris bercerita pada Jeremias bahwa ia harus memetik kopi di kebun milik warga.
Hasil upah dari memetik kopi itu akhirnya digunakan Kris untuk membeli beras.
Sejak tiga tahun terakhir, Kris dan dua adiknya itu mengaku tinggal di sebuah pondok kecil tanpa aliran listrik.