Abu Musa al-Asy’ari mengatakan:
“Hari Asyura adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan dijadikan oleh mereka sebagai hari raya, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam bersabda: “Berpuasalah kamu sekalian pada hari itu." (H.R. Bukhari, No: 1866; Muslim, No: 1912).
Keistimewaan puasa Asyura adalah mampu menghapuskan dosa setahun yang telah lalu.
Jika puasa Asyura mampu menghapuskan dosa kecil selama setahun yang lalu, puasa Tasua pun memiliki keistimewaan.
Rasulullah SAW menganjurkan kepada yang melaksanakan puasa Asyura, untuk melengkapi dengan puasa Tasua sehari sebelumnya.
Puasa pada tanggal 9 Muharram ini disyariatkan untuk menyelisihi syariat puasa Yahudi dan Nasrani.
Dikutip Grid.ID dari infaqdakwahsenter.com via Tribunnewsmaker, diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, beliau berkata:
“Ketika Rasulullah SAW berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa pada hari itu, mereka berkomentar, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya hari ‘Asyura adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan Nasrani.’ Rasulullah SAW pun menjawab, ‘Kalau begitu, pada tahun depan insya Allah kita berpuasa pada hari kesembilan’. Dan belum tiba tahun yang akan datang, namun Nabi SAW sudah wafat” (HR. Muslim no. 1916).
Imam Asy-Syafi’i dan para sahabatnya, Ahmad, Ishaq dan selainnya berkata:
“Disunnahkan berpuasa pada hari kesembilan dan kesepuluh secara keseluruhan, karena Nabi SAW telah berpuasa pada hari kesepuluh dan berniat puasa pada hari kesembilan.”