Laporan Wartawan Grid.ID, Novia Tri Astuti
Grid.ID - Musibah badai Pandemi covid-19 masih sangat terasa di kalangan masyarakat lapisan bawah.
Tak hanya masalah ekonomi, namun dari berbagai aspek lain masih terus dikeluhkan masyarakat atas musibah ini.
Salah satu warga bernama Surato di Desa Ngadas Kecamatan Poncokusomo, Kabupaten Malang, ini berharap agar suasana dapat kembali normal seperti sebelumnya.
Tak hanya mulai kesusahan ekonomi, namun Surato juga telah kehilangan penghasilan sejak enam bulan terakhir.
Melansir informasi dari Suryamalang.com pada Sabtu (29/8/2020), Surato mengalami periode pahit ini sejak wisata di Gunung Bromo ditutup.
Ya, bergantung dari penghasilanya sebagai ojek kuda di kawasan Gunung Bromo, Surato mengaku telah kehilangan penghasilan akibat pandemi covid-19.
"Gak dapat penghasilan dari ojek kuda selama 6 bulan. Karena kan gak boleh bawa pengunjung ke bawah (Bromo)," tutur Surato ketika ditemui di pintu masuk Bromo.
Sudah putar otak dan banting setir di tengah pandemi covid-19, Surato mengaku kembali bernasib apes.
Pasalnya saat Surato mencoba bertani kubis dan bawang, harga sayuran tersebut mengalami penurunan.
"Kubis sekarang murah. Saya juga tanam bawang. Jadinya waktu gak ngojek kuda ya jadi ke kebun," ungkap Surato.
Kendati mendapat bantuan dari pemerintah, Suranto mengaku baru mendapatkan satu kali dan bertahan hanya sekejap.
Sebanyak 5 kilogram beras yang diberikan pemerintah, Suranto mengaku bahwa bantuan itu hanya bertahan untuk beberapa hari saja.
"Diberi bantuan ya sekali saja. Ingat saya bulan April. Beras itu habis dalam waktu 4 hari saja," katanya.
"Saya kalau dikasih bantuan ya mau. Kalau minta ya gak berani. Kalau ada yang bantu ya tidak menolak. Terserah pemerintah saja," imbuhnya.
Setelah new normal berjalan dan wisata Gunung Bromo kembali dibuka, Suranto berharap penghasilannya dapat kembali normal.
Suranto juga berharap bisa kembali menafkahi keluarganya dengan baik.
Meskipun masih cukup sepi, namun Suranto bersyukur dapat kembali mengoperasikan kudanya.
"Hari pertama ini masih sepi. Ada pengunjung tapi naik motor. Jadi saya belum narik kuda," jelas Suroto.
Baca Juga: Seorang Suami Bakar Istrinya Hidup-hidup, Bermula dari Ajakan Makan Bersama Ditolak
Dalam sekali penyewaan kuda, Suranto mengaku menarif berdasarkan jarak tempuh.
"Tarifnya Rp 50 ribu. Kalau jauh ya Rp 100 ribu," pungkasnya.
Sementara itu melansir informasi dari Kompas.com beberapa waktu lalu, demi mencegah penyebaran covid-19, penutupan wisata gunung Bromo dan Semeru juga dikeluhkan masyarakat sekitar.
Tak hanya menghilangkan penghasilan para penyewa mobil jeep, namun dampak covid-19 sangat dirasakan untuk pengusaha yang bergantung dari adanya wisata di sana.
Kendari demikian menurut Kepala Balai Besar TNBTS John Kennedie, penutupan sementara Gunung Bromo dan Semeru akan dievaluasi secara berkala dengan memperhatikan kebijakan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta pemerintah daerah.
(*)