"Motifnya itu nggak tau. Sampe sekarang enggak tau, waktu dia ditangkep juga saya dari hati ke hati ngobrol orang masih anak remaja 17 tahun," kenangnya.
Sejak itu Umi Pipik mengaku hidupnya dihantui rasa takut. Yang paling utama takut tidak bisa memberikan nafkah untuk anak-anaknya.
"Ketakutan saat kehilangan pasangan hidup, takut banget siapa yang cari nafkah, dapet uang dari mana itu ketakutan banget," imbuhnya.
Namun, Umi Pipik selalu ingat pesan ayahnya sebelum meninggal untuk tidak menggantungkan hidupnya pada orang lain.
Sejak itu, Umi Pipik pegang teguh nasihat sang ayah untuk menjalani hidupnya.
"Begitu ditinggal Uje, saat saya kehilangan almarhum bapak saya baru memberikan nasihat saat beliau sakit, di rumah sakit beliau masih kasih nasihat ke saya kamu nggak boleh nangis kamu itu punya tangan punya kaki harus kuatkan tangan sama kaki kamu ikhtiar jangan hidup dari belas kasihan dari orang lain, itu yang saya pegang nasihat dari ayah saya," tutur Umi Pipik.
Mulai dari saat itu hingga sekarang ini, Umi Pipik berhasil bangkit kembali tanpa sedikitpun menerima belas kasihan dari orang.
"Jadi itu uang saya pegang terus, saya nggak mau hidup dari belas kasihan orang lain," pungkasnya.
(*)