Grid.ID - Delapan tahun tak berhenti mendoakan sang suami yang sempat hilang di tengah hutan Krayan, penantian Nursiah akhirnya berakhir.
Nursiah dan keluarga sempat menahan risau saat tahu suaminya, Syamsuddin (51) jadi korban penipuan di Malaysia hingga nekat pulang jalan kaki.
Syamsuddin nekat jalan kaki menembus hutan Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara yang masih sangat alami delapan hari lamanya berbekal air, garam, dan MSG.
Kisah perjuangan Syamsuddin yang jadi korban penipuan di Malaysia hingga harus jalan kaki berhari-hari diungkap oleh pihak keluarga.
Melansir dari laman Kompas.com, Nursiah tak bisa berhenti menangis saat tahu suaminya selamat melalui telepon.
"Sekeluarga kasihan kami menangis mi, bersyukur sekali dia selamat, setiap hari itu kami menangis takut kenapa kenapa dengan dia (Syamsuddin) karena jalan kaki kasihan dari Malaysia lewat hutan di Krayan," ujar Nursiah saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Kamis (24/9/2020).
Kabar tersebut didapatkan Nursiah dan keluarga melalui sambungan telepon langsung dari suaminya, pada hari Rabu 23 September 2020 pukul 19.00 WITA. Syamsuddin mengabarkan dirinya mendapat pertolongan dari penduduk Ba'rio Krayan yang saat itu tengah beraktivitas di hutan dan membantu dirinya yang dalam kondisi lemah.
"Bapak tidur di bawah pohon besar tengah hutan. Dia mendengar beberapa orang tidak jauh dari situ, dia berteriak minta tolong, didengar oleh mereka, dan ditolong dikasih makan, baru enak dia rasa. Mungkin itu sudah jalan Tuhan, kami sangat bersyukur," Ningsih, anak Syamsuddin.
Bersyukur bapaknya ditemukan selamat, Ningsih dan keempat adiknya merhajat untuk puasa.
"Kami dapat kabar, langsung bapak yang menelepon kalau dia selamat, itu mukjizat karena doa kami diijabah, kami hari ini mulai puasa," tambahnya.
Pasalnya, Syamsuddin sempat mengatakan nekat berjalan kaki di tengah hutan hanya berbekal air minum, MSG, dan garam untuk bertahan hidup.
Selama perjalanan ia tak menemukan buah dan hewan yang bisa dimakan.
"Jadi dia rasa-rasa saja itu garam dan vetsin. Nah, hanya itu saja dia bawa bekal, tidak ada dia bilang jumpa pohon buah, hewan juga tidak ada dijumpa selama jalan kaki berapa malam itu," ungkap Nursiah.
Ibu dari lima orang anak itu pun mengungkap penyebab suaminya nekat kabur dari Malaysia lantaran jadi korban penipuan.
"Kemarin dibodok-bodoki (bahasa Makassar yang artinya diperdaya) saja kasihan sama orang. Itulah dia kasih kabar mau kembali ke Krayan, jalan kaki lewat hutan, sudah saya larang dia. Nah, bagaimana kalau dia tidak ada mi pegang uang kasihan," lanjut Nursiah.
Sambil menitikan air mata, Nursiah mengungkap suaminya tak memiliki uang lantaran Syamsuddin lebih dari sebulan bekerja tanpa sebagai tukang bangunan di Malaysia tanpa menerima upah.
Tak hanya itu, untuk makan sehari-hari Syamsuddin juga tak diberi upah padahal ia bekerja sebagai tukang bangunan sistem borong.
Sebagai informasi, tukang bangunan sistem borong biasanya ada uang perjanjian atau memegang uang muka sebagai tanda persetujuan.
Akan tetapi, hal itu tidak dilakukan pihak yang mempekerjakan Syamsuddin.
Syamsuddin yang melewati rimbunnya hutan asri di Kalimantan itu mengaku sempat mendengar binatang buas tetapi selamat lantaran tak pernah meninggalkan ibadah.
"Memang dari dulu dia (Syamsuddin) tidak pernah itu yang namanya tinggalkan shalat, selalu dia bangun malam tahajud, itu juga yang dia cerita. Kenapa jelas sekali banyak suara binatang buas, tapi tidak ada sedikit pun sentuh dia, biar di hutan, tahajud dia selalunya," katanya.
Sementara itu, pihak keluarga mengaku sudah sempat lapor ke Pos Search and Rescue (SAR) untuk menemukan sang suami tetapi urung dilakukan.
Koordinator Pos Search and Rescue (SAR) Nunukan, Anggi Endra Mulyawan membenarkan ada laporan masuk terkait Syamsuddin, warga Kelurahan Daya, Kecamatan Biringkanaya, Makassar, Sulawesi Selatan, yang dilaporkan hilang di Hutan Krayan, sejak Rabu 16 September 2020.
Tim SAR langsung berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di Krayan namun urung melakukan pencarian.
"Lokasinya jauh sekali kalau dari Nunukan, kita koordinasi dengan BPBD di sana juga, kami pantau saja dan terakhir ada laporan dari keluarganya yang menelepon kami kalau Syamsuddin sudah ditemukan selamat," kata Anggi Endra Mulyawan.
Rupanya, kasus penipuan yang dialami Warga Negara Indonesia (WNI) di Malaysia bukan hanya sekali ini terjadi.
Melansir dari laman TirbunJabar.ID, seorang TKI asal Kabupaten Bandung Barat (KBB), Sunarya (36) tak bisa pulang ke Tanah Air dan sempat terlantar di Negeri Jiran.
Sunarya tak bisa pulang lantaran tak memiliki uang dan paspornya ditahan oleh majikan tempat ia bekerja.
"Tolong lah saya Pak Bupati, bebaskan saya Pak Bupati, saya ingin pulang ke Indonesia tapi gak bisa pulang. Gak punya uang, Paspor ditahan harus ditebus Rp 20 juta," ujar Sunarya dengan suara lirih dalam video yang diterima Tribun, Jumat (10/4/2020) lalu.
Sunarya mengaku jadi korban penipuan jasa penyalur TKI untuk bekerja di sebuah restoran di Malaysia.
Baca Juga: Lucinta Luna Akui Pernah Konsumsi Ekstasi di Malaysia, Tapi..
Namun, baru sebulan bekerja Sunarya langsung dikeluarkan tanpa alasan yang jelas dan selama dua bulan terlantar di Malaysia.
Beruntung ada hotel yang mau menampung lantaran kondisi sepi akibat pandemi Virus Corona, tetapi dengan syarat mengurus hotel tanpa dibayar.
Kepala Seksi Penempatan dan Perluasan Kerja pada Disnakertrans KBB, Sutrisno, saat ini Sunarya tak bisa kembali ke Indonesia lantaran tak memiliki paspor dan dari kementerian setempat dia dilarang keluar dari tempat tersebut.
"Ditambah ada pandemi Virus Corona, jadi tidak diperkenankan untuk lalu lalang (keluar). Kemudian kalau keluar dia pasti berurusan dengan pemerintah karena tidak ada dokumen lengkap dan tentu bisa masuk penjara," ucap Sutrisno. (*)