Grid.ID - Menteri Luar Negeri Malayasia dan China sepakat pada tahun lalu, bahwa mereka akan melakukan pembicaraan satu lawan satu untuk menyelesaikan perbedaan atas klaim di Laut China Selatan.
Tetapi orang dalam di Kuala Lumpur mengatakan perbincangan bilateral itu menjadi preseden yang berbahaya.
Ketika Malaysia tahun lalu setuju untuk melakukan pembicaraan satu lawan satu dengan penuntut saingan China atas Laut China Selatan, hal itu mengejutkan para pengamat.
Mengutip South China Morning Post, Minggu (27/9/2020), Kuala Lumpur bukanlah lawan paling vokal dari klaim Beijing di wilayah tersebut, mereka sudah lama enggan untuk terlibat dalam negosiasi semacam itu.
Sebaliknya, ia berusaha memetakan jalan antara tidak memusuhi China dan diam-diam mengejar rencananya sendiri untuk eksplorasi minyak dan gas di perairan yang diperebutkan.
Mereka lebih suka meninggalkan diskusi tentang yurisdiksi atas wilayah yang kaya sumber daya ke pengelompokan regional seperti Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Asean), di mana berbagai negara dapat bekerja sama untuk memiliki suara yang lebih besar.
Namun dalam apa yang dipandang sebagai kudeta diplomatik bagi China, mantan menteri luar negeri Saifuddin Abdullah setuju dalam pertemuan pada September tahun lalu dengan mitranya dari China Wang Yi untuk melakukan diskusi satu lawan satu.