Ya, Najwa Shihab bahkan telah memikirkan berbagai resiko atas tindakannya melayangkan undangan secara terbuka itu.
"Saya memikirkan dengan cukup masak saat menghadirkan bangku kosong ini, termasuk risiko dituduh melakukan persekusi atau bullying."
"Saya berkeyakinan, elite pejabat, apalagi eksekutif tertinggi setelah presiden, bukanlah pihak yang less power -- aspek penting yang menjadi prasyarat sebuah tindakan bisa disebut persekusi atau bullying. Sulit menganggap pejabat elite adalah pihak yang lemah," jelasnya.
Tak mencemaskan apapun terkait undangan terbuka yang telah dilayangkan untuk Menteri Terawan.
Namun, Najwa Shihab secara blak-blakan mengaku membutuhkan suara terawan untuk menyampaikan perkembangan pandemi covid-19 yang ada di Indonesia saat ini.
Sebab, menurut mantan jurnalis Metro TV itu apa yang sudah, tengah dan akan dilakukan negara terkait pandemi covid-19 ini sangatlah penting untuk diketahui publik.
"Saya tidak cemas dengan Pak Terawan, karena seorang yang menjadi menteri pastilah sosok mumpuni dan berpengalaman."
"Yang kita cemaskan adalah perkembangan pandemi ini. Dan karena itulah Pak Terawan menjadi penting karena, betapa pun banyaknya tim ad-hoc yang dibentuk, urusan kesehatan tetaplah pengampunya adalah Menteri Kesehatan," pungkasnya.
(*)