Grid.ID - Pada tanggal 2 Oktober 2009, UNESCO telah menetapkan batik sebagai warisan budaya Indonesia.
Penetapan UNESCO ini di satu sisi memberi rasa suka cita yang luar biasa, mengingat nilai historis yang dimiliki oleh batik Indonesia.
Tetapi di sisi lain juga memberikan tanggung jawab yang tidak ringan, karena dengan menetapkan batik Indonesia sebagai Warisan Kemanusiaan Lisan dan Non Bendawi, kita semua memiliki tugas untuk memelihara dan melestarikannya.
Batik adalah kita.
Bukan hanya sekadar menjadi seperangkat busana yang kita kenakan.
Bukan pula sebagai kain pajangan yang menghiasi sudut rumah kita.
Setiap kita menggenggam sehelai kain batik, sesungguhnya harapan banyak oranglah yang sedang kita genggam.
Ada pembatik yang telah mencurahkan seluruh kreatifitasnya dalam mencipta, ada tetes keringat pengrajin yang mengerjakan tahap demi tahapnya, dan ada jerih payah pedagang batik yang mempertaruhkan peruntungannya.
Mereka yang menggantungkan hidupnya dari industri ini, yang sekarang amat sangat membutuhkan uluran tangan kita karena ikut terpuruk bersama krisis ekonomi akibat pandemi.
Keadaan inilah yang mendorong kepedulian Yayasan Batik Indonesia.
Sejak bulan Mei 2020, YBI telah bergerak dengan melakukan pemesanan puluhan ribu masker batik.
Masker batik yang diproduksi oleh pengrajin dari berbagai daerah ini kemudian disumbangkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan.
Para pengrajin pun diajak untuk tidak hanya terpaku pada produk-produk konvensional, dan mulai memanfaatkan peluang industri yang disesuaikan dengan kebutuhan baru akibat pandemi.
Setelah itu, mulai bulan Juli 2020, YBI melakukan pameran dan penjualan dalam skala terbatas di Rumah Cikatomas.
Pameran dan penjualan batik ini menjadi sarana bagi pengrajin kecil untuk menjual karya mereka tanpa harus datang ke Jakarta.
Hingga saat ini sudah lebih dari 100 pembatik yang berasal dari Jakarta, Jambi, Jawa Barat, Aceh, Minangkabau, Papua dan Jawa Tengah yang hasil karyanya dipamerkan dan dijual melalui fasilitas off line dan online.
Pameran dan penjualan ini mendapat sambutan yang menggembirakan dari masyarakat, hingga sampai akhir September 2020 saja, sudah lebih dari 2000 kain batik telah terjual
Pameran dan penjualan online ini masih akan terus berlangsung, dan diharapkan bisa menyalurkan lebih banyak lagi batik dari berbagai daerah di Indonesia.
Bertepatan dengan Hari Batik Nasional, pada tanggal 2 Oktober 2020, Yayasan Batik Indonesia akan membagikan 210 telepon genggam untuk pengrajin.
Pengrajin yang mendapatkan bantuan adalah pengrajin yang benar-benar membutuhkan, dan telah menjadi binaan Yayasan Batik Indonesia selama ini.
Bantuan ini diharapkan bisa menjadi langkah awal bagi mereka yang bekerja di industri batik, agar memanfaatkan kemajuan teknologi untuk menunjang kegiatan usahanya.
Melalui bantuan telepon genggam pula, YBI akan terus memberikan binaan, termasuk mendorong para pengrajin kecil memasuki dunia pemasaran dan penjualan dengan memanfaatkan aplikasi teknologi, mengikuti selera dan tuntutan jaman yang terus berubah.
Semua upaya yang dilakukan oleh Yayasan Batik Indonesia tentu saja akan lebih bermakna jika didukung peran serta masyarakat.
Keberadaan batik Indonesia sebagai warisan budaya tidak bisa dipisahkan dari keberadaan mereka yang memutar roda industri ini.
Kelangsungan hidup mereka yang memutar roda industri ini tidak bisa dipisahkan dari partisipasi kita mencintai batik Indonesia.
Dan kecintaan kita akan menjadi bagian dari mata rantai yang indah, yang pada akhirnya bisa ikut menjaga kelestarian batik Indonesia, dan menjaga agar regenerasi di dunia pembatik dan pengrajin bisa tetap berkesinambungan.
Sebanyak 20.000 masker batik, 100 pengrajin batik dari berbagai daerah, 2000 lebih kain batik dan 210 telepon
Genggam, dari Yayasan Batik Indonesia untuk Batik Indonesia.
(*)