"Kami tahu adalah pasien yang diobati dengan remdesivir menjadi lebih cepat sembuh," imbuhnya dikutip dari NBC Boston, Senin (5/10/2020).
Remdesivir, pada awalnya dibuat sebagai pengobatan yang memungkinkan untuk hepatitis.
Lalu pada 2014, obat ini dipelajari sebagai kemungkinan pengobatan untuk virus Ebola.
Para peneliti menemukan obat tersebut efektif melawan sindrom pernapasan akut yang parah (SARS) dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS).
Obat diberikan secara intravena dan pasien dapat diberikan perawatan selama lima atau 10 hari.
Remdesivir disebut dapat mempercepat proses pemulihan pasien sekitar 30 persen.
Namun, kemampuannya untuk memangkas angka kematian tidak signifikan secara statistik dalam uji klinis yang dijalankan oleh National Institutes of Health.
Berdasarkan sebuah penelitian, 74 persen dari 400 pasien yang menerima pengobatan menggunakan Remdesivir menjadi lebih baik setelah 14 hari dibandingkan dengan 59 persen yang tidak menerimanya.
Obat tersebut dilaporkan dapat menghambat virus corona menghasilkan enzim tertentu.
Dengan begitu, virus corona kesulitan mereplikasi dirinya sendiri dan mempersingkat waktu pemulihan pasien Covid-19.