Dr. Samto, Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus KEMDIKBUD RI menyampaikan, “Di abad 21, keterampilan yang sangat dibutuhkan salah satunya adalah literasi, karena menjadi dasar bagi semua.
Literasi bukan sekedar baca tulis, tapi terkait dengan rangkaian panjang sehingga anak tidak sekadar bisa membaca teks, namun juga mampu memahami konteks.
Hal ini harus dimulai sejak dini, untuk mendukung hal tersebut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI mencanangkan serangkaian program, seperti Gerakan Literasi Nasional, asesmen kompetensi minimum siswa untuk literasi dan numerasi, dan banyak lainnya.”
Kecakapan literasi, termasuk literasi keuangan masih harus terus didukung karena nyatanya tingkat kemampuan literasi di Indonesia masih belum merata.
Sebagai contoh, indeks aktivitas literasi membaca (alibaca) menunjukkan bahwa masih terdapat celah perbedaan cukup tinggi antara provinsi DKI Jakarta sebagai provinsi dengan indeks alibaca tertinggi (58,16) dengan Papua yang menduduki peringkat indeks alibaca terendah (19,9).
1. Kesenjangan ini kian terasa makin berat di tengah pandemi.
Menyusul ditutupnya sebagian besar sekolah, proses belajar mengajar kini mengandalkan metode daring.
UNICEF menyebutkan bahwa 35% siswa belum memiliki koneksi internet memadai untuk sekolah daring.
2. Selain itu, hanya sedikit anak yang memiliki komputer atau laptop untuk mengakses internet dari rumah, terutama mereka yang tinggal di pedesaan, rata-rata kurang dari 15%
3. “COVID-19 telah berdampak terhadap hampir 60 juta anak di Indonesia.
Kita harus memastikan setiap anak bisa terus belajar.
Anak-anak adalah urusan semua orang dan UNICEF menghargai dukungan Prudential Indonesia dalam membantu memprioritaskan pendidikan mereka," kata Perwakilan UNICEF Indonesia, Debora Comini.
Sejak Agustus 2020, Prudential Indonesia berkolaborasi dengan UNICEF dalam mendukung KEMDIKBUD RI dalam melakukan serangkaian kegiatan untuk memastikan anak-anak dan orang tua di berbagai wilayah nusantara dapat menjalankan proses belajar mengajar secara aman, sehat dan nyaman.
Baca Juga: Belum Juga Punya Pacar, Luna Maya Akui Takut Kehilangan Hasrat Memiliki Pasangan
Di antaranya melalui online learning, home learning untuk anak di wilayah Indonesia Timur, serta pengembangan kapasitas untuk para pengajar agar mampu beradaptasi di new normal ini.
Hingga Januari 2021, program ini ditargetkan untuk menjangkau 69.000 siswa dan 3.750 guru dari berbagai wilayah di Indonesia.
Kolaborasi dengan UNICEF ini menggunakan dana pemulihan COVID-19 yang kepadamarket Prudential di seluruh dunia untuk mendukung inisiatif dalam menangani permasalahan akibat pandemi serta dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan.
Dalam menjalankan program tersebut, Prudential Indonesia telah mengalokasikan dana sebesar hampir Rp3 miliar.
Sementara, untuk meningkatkan literasi keuangan anak usia 7-12 tahun, Prudential Indonesia bersama PJI melaksanakan program Cha-Ching sejak 2012.
Dikembangkan oleh Prudence Foundation, pelaksana Community Investment Prudential di Asia dan Afrika, program Cha-Ching mengajarkan pemahaman atas empat aspek utama pengelolaan keuangan melalui modul pembelajaran menarik, yaitu Peroleh (Earn), Simpan (Save), Belanjakan (Spend) dan Sumbangkan (Donate).
Hingga September 2020, program Cha-Ching telah diimplementasikan di 2.665 sekolah di Sidoarjo, Trenggalek, Blitar, Jakarta, dan menjangkau 4.820 guru dan 146.897 siswa Sekolah Dasar.
Terkait program Cha-Ching, Nini Sumohandoyo, Sharia, Government Relations and Community Investment Director Prudential Indonesia menjelaskan, “Pengetahuan yang kami ajarkan melalui program Cha-Ching bukan sekadar mengenal nilai dan konsep uang, tetapi juga terkait pengelolaannya secara lebih menyeluruh.
Sebagai contoh, kami mengajarkan anak menyadari hal-hal yang menjadi kebutuhan dan mana yang hanya keinginan.
Lebih jauh lagi, belajar dari pandemi COVID-19, penanaman literasi keuangan sejak dini makin relevan manfaatnya untuk mempersiapkan diri mereka menghadapi ketidakpastian yang dapat terjadi sewaktu-waktu di masa depan.”
Selama pelaksanaannya di Indonesia, program Cha-Ching telah menunjukkan hasil positif.
Secara detail Siddharta Moersjid, Ketua Dewan Pembina Prestasi Junior Indonesia memaparkan bahwa 94% dari 59.619 siswa yang menyelesaikan sesi pembelajaran selama tahun ajaran 2019-2020 mengaku merasakan manfaat penerapan program Cha-Ching di keseharian mereka.
Baca Juga: Tanpa Embel-embel Jadian, Sule Yakin Bakal Menikahi Nathalie Holscher Tahun Ini
Dan mereka juga lebih menyadari pentingnya mempertimbangkan empat aspek utama pengelolaan uang Beradaptasi dengan situasi pandemi, program Cha-Ching kini juga siap diaplikasikan secara daring melalui ‘Cha-Ching Kid$ at Home’.
Program ini akan diawali dengan pelatihan terhadap volunteer pada September 2020 dengan menargetkan 125 anak karyawan, tenaga pemasar, Nasabah dan masyarakat umum dalam empat gelombang hingga akhir 2020.
Prudential Indonesia bekerja sama dengan Dinas Pendidikan setempat akan terus memperluas jangkauan program Cha-Ching untuk mencapai target 1 juta penerima manfaat (siswa dan guru) pada 2024.
Diharapkan pula program Cha-Ching dapat lebih tersinergi dengan program nasional untuk mengakselerasi peningkatkan literasi keuangan di Indonesia.
Untuk itu, ke depannya, Prudential Indonesia terus berupaya menciptakan kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan di ekosistem dunia pendidikan, terutama pihak pemerintah, agar lebih banyak lagi anak Indonesia yang dapat merasakan manfaat dari program Cha-Ching.
Langkah ini diamini oleh Nila Tanzil, Pegiat Literasi dan Pendiri Taman Bacaan Pelangi.
Ia menegaskan, ”Literasi anak Indonesia merupakan tanggung jawab bersama sehingga kolaborasi yang sinergis sangat dibutuhkan. Keseluruhan program yang dilakukan oleh Prudential Indonesia adalah contoh baik untuk memotivasi seluruh pihak menyalakan semangat anak-anak dalam mengenyam pendidikan yang berkualitas. Saya percaya kolaborasi ini berperan dalam membangun SDM unggul, menuju Indonesia maju.”
(*)