Find Us On Social Media :

Harapan untuk Melahirkan Normal Pupus hingga Terpaksa Pakai Kursi Roda, Ternyata Oki Setiana Dewi Mengidap Kondisi Ini Saat Kehamilan Pertama, Bumil Wajib Tahu!

By Devi Agustiana, Sabtu, 10 Oktober 2020 | 11:30 WIB

Oki Setiana Dewi bersama anak pertamanya, Maryam Nusaibah Abdullah.

Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana

Grid.IDOki Setiana Dewi sedang menantikan kelahiran anak keempatnya.

Ia pun berbagi kisah tentang masa kehamilan sewaktu mengandung anak pertamanya, Maryam Nusaibah Abdullah.

Mengutip laman Kompas.com, kakak dari Ria Ricis ini bercerita bahwa kehamilan Maryam merupakan masa yang paling sulit dari kehamilan lain yang ia alami.

Baca Juga: Kisah Kocak Asri Welas Bintangi Iklan Sabun Terkenal: Mukanya Dian Sastro, Kakinya Aku!

Sebab, saat memasuki usia kandungan yang kesembilan bulan, Oki mengalami Simfisis Pubis Disfungsi.

"Jadi tulangnya itu, tulang di atas kemaluan atau di bawah kemaluan, saya enggak ngerti, pokoknya tulangnya itu bergeser. Saya enggak bisa jalan, saya enggak bisa menggerakkan kaki," kata Oki dalam kanal YouTube-nya.

Akibat pergeseran tulang ini, Oki harus menggunakan kursi roda.

Baca Juga: Masuk dalam Golongan Pengusaha Tajir, Fitri Salhuteru Malah Ogah Ikuti UU Cipta Kerja dan Pilih Gaji Karyawan dengan Cara Ini, Netizen: Mau Lah Kerja Sama Bos yang Baik Kayak Gini

Dia sempat menjalani terapi lantaran ingin melahirkan anaknya itu secara normal.

Namun, harapan lahir secara normal pun sirna, dokter menganjurkan Oki melahirkan secara caesar.

"Itu sedih banget tuh waktu dikasih tahu pertama kali, 'Mbak Oki harus caesar ya'. Sedih karena saya tahu kalau caesar itu kan pasti terbatas, enggak bisa banyak," kata Oki.

Baca Juga: Pernah Hidup Susah Bahkan Punya Uang Hanya Rp 5 Ribu, Asri Welas Sejak Itu Bertekad Bisa Jadi Orang yang Multitalenta

Ngilu pada tulang atau otot sekitar kemaluan biasa disebut Simfisis Pubis Disfungsi (SPD) sebenarnya normal dialami ibu hamil.

Di masa akhir kehamilan, hormon relaksin akan membuat otot panggul dan jalan lahir merenggang untuk mempersiapkan kelahiran bayi.

Namun, perenggangan ini juga bisa menjadi terasa menyakitkan pada beberapa ibu hamil.

Baca Juga: Unggah Foto Masa Lalu Bareng Anang Hermansyah Sebelum Jadi Permaisuri Cinere, Ashanty Bikin Netizen Auto Gaduh dan Salfok ke Tubuhnya: Imut dan Langsing!

Dilansir Grid.ID dari laman Nakita, SPD sendiri adalah kelainan atau penyakit yang disebabkan karena sendi yang bisa merenggang pada rongga di bagian kemaluan.

Penyebab masalah ini adalah kondisi ligamen yang seharusnya menjaga tulang panggul tetap lurus, menjadi terlalu rileks dan renggang.

Akibatnya, sendi pelvis menjadi tidak stabil dan menyebabkan rasa ngilu pada daerah kemaluan.

Baca Juga: Kartika Putri Trauma Lingkungan Habib Usman Banyak yang Berpoligami

"Kalau dia meregangnya tidak lebih dari 2 cm itu masih oke, tapi kalau lebih itu yang akan menjadi masalah. Kalau bisa Ibu jangan menambah-nambah (peregangannya), jadi (diusahakan) jangan mengangkang.”

“Dan lagi ibu juga jangan tumpang kaki, karena sendi itu kan sedang sakit kalau digerakan terus akan sakit dan enggak sembuh-sembuh. Tapi nanti jika sudah melahirkan akan membaik," jelas Dr. TCT Novy, Sp.KFR, M.Kes, FIPP, CIPS.

Penanganan SPD sebenarnya tidak jauh berbeda dengan penanganan untuk mengatasi nyeri sendi pada umumnya.

Baca Juga: Setelah 7 Tahun Kuliah, Ria Ricis Akhirnya Jadi Sarjana Komunikasi dan Siap Dilamar: Aku Bikin Kamu Bangga Mas!

Namun, pada SPD penanganan disesuaikan dengan cara menjaga kehamilannya.

"(Penanganan) untuk penderita SPD, harus benar-benar melakukan bed rest. Tidak boleh banyak ngangkang, duduk bersila, ataupun duduk lesehan di bawah," jelas dr. Ni Komang Yeni Dhana Sari, Sp.OG dari Klinik Health360.

Selama skala nyeri pada tubuh masih 4, ibu hamil disarankan harus beristirahat total.

Baca Juga: Auto Jingkrak-jingkrak Saat Lihat Salju untuk Pertama Kalinya Usai Diboyong Ardi Bakrie, Nia Ramadhani Sampai Dikatain Kampungan oleh Kakak Ipar: Gue Langsung Teriak Fotoin dong!

Ibaratnya nyeri itu merupakan sahabat kita, tanpa nyeri kita tidak akan mengetahui jika badan memberikan tanda perlu diobati.

Namun, nyeri jika tidak diobati akan menjadi masalah.

Oleh karena itu, sangat disarankan bagi para orangtua untuk memeriksakan kandungannya secara rutin.

(*)