Find Us On Social Media :

Jadi Korban Ricuh dan Nyaris Terinjak-injak Saat Jualan di Area DPRD Sumsel, Pedagang Siomay Tak Kuasa Membendung Kesedihan: Saya Mau Minta Ganti Sama Siapa?

By Novia, Jumat, 9 Oktober 2020 | 17:00 WIB

Galih (19) pedagang siomay keliling yang gerobaknya hancur saat bentrok antara polisi dan ribuan pendemo menolak Omnibus law Cipta Kerja terjadi di halaman gedung DPRD Provinsi Sumsel, Kamis (8/10/2020)

"Ini pertama kalinya saya jualan di tempat demo. Namanya pedagang, ya saya pilih tempat ramai untuk jualan."

Baca Juga: Kencan Pertama Seorang Duda dengan Wanita yang Baru Dikenal Berujung Maut, Saksi Mata: Dia Tidak Bisa Menghentikan Mobilnya!

"Saya lihat juga banyak kok yang jualan di sini. Tidak menyangka ujung-ujungnya akan seperti ini," ujarnya dengan wajah sedih.

Lebih lanjut melansir pantauan dari Kompas.com, penolakan Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja di Sumatera Selatan dikabarkan berakhir damai di Palembang, Rabu (7/10/2020).

Meskipun demikian, aksi yang dilakukan Aliansi Pemuda dan Mahasiswa untuk Masyarakat (Ampera), beberapa kali terjadi sempat dikabarkan tegang.

Baca Juga: Dinilai Tak Mendengarkan Aspirasi Rakyat Gegara Presiden Jokowi Melakukan Kunjungan ke Kalimantan Tengah, Persatuan Buruh Indonesia: Harusnya Hadapi Kami yang Ingin Ketemu!

Sebab, mahasiswa memblokade akses jalan di Pom IX, tepatnya di depan Gedung DPRD Provinsi Sumatera Selatan.

Bahkan, Polrestabes Palembang menangkap sebanyak 183 orang yang diduga sebagai penyusup.

Pelaku yang diamankan polisi, dikabarkan membawa sejumlah barang berbahaya yang diduga dapat menyulut kericuhan.

Baca Juga: Bak Jatuh Tertimpa Tangga, Nelayan di Banyuasin Alami Nasib Tragis Usai Perahu yang Ditumpanginya Terbalik, Langsung Jadi Santapan Seekor Buaya!

Polrestabes Palembang mengatakan, rata-rata kedapatan membawa senjata tajam, bom molotov hingga air keras.

"Sekarang mereka kita data untuk dimintai keterangan. Dari yang diamankan sejak aksi dimulai sampai selesai ada 183 orang," jelas Kapolrestabes Palembang Kombes Anom Setiyadji.

(*)