Find Us On Social Media :

Bantah Benda Mirip Lintang Kemukus di Tuban Pertanda Pagebluk Hilang, Pakar Lapan Sebut Fenomena Itu Tak Berasal dari Astronomis: Yang Jelas Itu Bukan Komet!

By None, Selasa, 13 Oktober 2020 | 06:18 WIB

Bantah Benda Mirip Lintang Kemukus di Tuban Pertanda Pagebluk Hilang, Pakar Lapan Sebut Fenomena Itu Tak Berasal dari Astronomis: Yang Jelas Itu Bukan Komet!

Grid.ID - Belum lama ini masyarakat Tuban digemparkan dengan benda mirip lintang kemukus yang disebut-sebut jadi pertanda pagebluk hilang.

Fenomena alam mirip bintang jatuh atau lintang kemukus yang terjadi di langit Tuban viral di media sosial sejak 9 Oktober 2020 lalu.

Hal ini seperti yang tampak dibagikan akun Facebook Grup Jaringan Informasi Tuban belum lama ini.

Tidak diketahui pasti di mana benda itu berakhir, namun banyak masyarakat yang tertarik dan merespon fenomena ini.

Baca Juga: Banyak Orang Prihatin Gegara Pagebluk Makin Merajalela, Andre Taulany Tiba-tiba Bikin Video Permintaan Maaf atas Kelakuannya: Maaf Jika Kami Terlihat Gembira di Tengah Wabah Corona

"Itu lintang (bintang) jatuh, semoga kita dalam lindungan Allah," tulis akun FB Rifai di Grup Jaringan Informasi Tuban (Jitu).

Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tuban memberi penjelasan tentang apa fenomena viral tersebut.

"Benar, memang ada laporan lintang kemukus atau bintang jatuh, baik di masyarakat luar ataupun grup BMKG," kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Tuban, Rofiq Isa Mansyur dikonfirmasi, Minggu (11/10/2020).

Rofiq menjelaskan fenomena meteor tersebut tidak bisa tertangkap radar atau satelit BMKG.

Baca Juga: Canggih! China Ingin Menggabungkan 'Kawanan' Senjata dan Kendaraan Lapis Baja, Semua Berkoordinasi Satu Sama Lain 'Persis' Fenomena Biologi Cara Alam Bekerja

Yang jelas pihaknya mendapatkan kabar bahwa lintang kemukus itu diketahui banyak orang.

"Laporannya ada, namun tidak tertangkap satelit atau radar BMKG. Malam kemarin terlihatnya," pungkasnya.

Disinggung apakah fenomena itu berdampak pada bumi atau lingkungan, Rofiq memperkirakan sejauh ini belum ada.

Sebab kalau meteor berhasil masuk atmosfer bumi, maka akan ada kerusakan yang terjadi.

Baca Juga: Video Pasangan yang 'Lengket' saat Sedang Berhubungan Intim Viral, Begini Penjelasan Medis tentang Fenomena Gancet

"Kalau sementara ini belum ada kerusakan, tetapi bisa juga menyebabkan kerusakan jika meteor berhasil masuk ke atmosfer bumi," pungkasnya.

Apa sebenarnya lintang kemukus?

Peneliti dari Pusat Sains Antariksa (Pussainsa) Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan) Emanuel Sungging Mumpuni, menjelaskan lintang kemukus yang disebutkan para warganet itu merupakan jenis meteor yang agak besar.

"Itu fireball atau meteor yang agak besar, kebetulan memang dalam beberapa hari ini sedang musim hujan meteor," kata Sungging saat dihubungi Kompas.com, Minggu (11/10/2020) pagi.

Baca Juga: Penelitian Menunjukkan Bila Manusia Menyadari Dirinya Mati Saat Ajal Datang, Ternyata ini Penyebabnya

Seperti diketahui, dalam beberapa waktu terakhir, juga terjadi hujan meteor Draconid, yaitu pada 6-10 Oktober 2020.

Sungging membenarkan kemungkinan bahwa fenomena yang terlihat tersebut juga termasuk hujan meteor tersebut.

"Bisa jadi (hujan meteor Draconid)," jawabnya.

Namun demikian, ia mengungkapkan bahwa hujan meteor Draconid hanya berlangsung sekitar dua hari saja.

Baca Juga: Seolah Beri Tamparan Pedas Pada Lutfi Agizal yang Dapat Dukungan Penuh dari Komnas Perlindungan Anak Perkara Kata Anjay, Pejabat Negara Ini Sebut Kasus Itu Tak Berfaedah: Jangan Sampai Jadi Perdebatan Tidak Sehat!

Adapun fenomena hujan meteor ini tidak berbahaya dan normal terjadi.

"Tidak berbahaya, normal terjadi," imbuhnya.

Di bagian lain, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, membantah adanya Lintang Kemukus atau komet di Tuban.

"Tidak ada lintang kemukus yang terlihat terang saat ini," ujarnya saat dihubungi Tribunnews.com, Minggu (11/10/2020).

Baca Juga: Tanpa Disadari, Fenomena Doomscrolling Bisa Menjangkiti Kesehatan Mental Seseroang di Tengah Pandemi Covid-19

"Kalau ada, itu terlihat secara global di banyak tempat," lanjut Thomas.

Ia menambahkan, benda langit dalam foto yang beredar tersebut juga bukan sebuah meteor besar.

"Gambar-gambar yang beredar juga bukan meteor besar atau fireball," jelas dia.

"Itu tampaknya bukan fenomena astronomis. Saya tidak tahu objek itu," ungkapnya.

Baca Juga: Tanggapi Soal Orang yang Pansos Dengannya, Nikita Mirzani: Silahkan Aja..

Thomas menegaskan, beredarnya foto benda langit di media sosial itu bukan sebuah komet.

Dirinya juga tak bisa mengatakan itu sebagai pertanda atas kondisi tertentu.

"Yang jelas itu bukan komet. Saya tidak tahu hal yang sesungguhnya, itu bukan fenomena astronomis," terangnya.

Sementara, astronom amatir Indonesia Marufin Sudibyo belum dapat mengonfirmasi kepastian terkait fenomena yang ramai dibicarakan para warganet tersebut.

Pasalnya informasi yang tersedia masih terbatas.

Baca Juga: Dari Aurora hingga Laut Bercahaya, Ini Sederet Fenomena Alam Unik di Australia

"Yang jelas, obyek yang difoto itu kemungkinan ada di atas horizon utara/selatan, bukan barat/timur," jawabnya saat dihubungi Kompas.com, Minggu (11/10/2020) pagi.

Menurut dia, untuk kawasan Lamongan-Tuban, pada jam 8 malam ke atas sudah tidak ada lintasan tampak dari satelit aktif/sampah antariksa yang lewat ataupun jejak kondensasi pesawat komersial.

"Di sekitar jam yang sama juga tidak ada jadwal jatuhnya sampah antariksa ke atmosfer Bumi seperti dulu pernah kejadian di Madura," jelasnya.

Marufin menilai bahwa fenomena tersebut bukan keduanya.

"Bukan meteor karena jejak lintasannya baur/fuzzy dan mengesankan sangat lambat untuk ukuran meteor," ungkapnya.

Baca Juga: Muncul Fenomena Awan Berbentuk Tsunami di Aceh, Paranormal Kejawen ini Langsung Mohon Pada Sang Pencipta Agar Tak Lagi Muncul Bencana: Jangan Dulu Kalau Boleh Ya Tuhanku...

"Bukan komet karena saat ini tidak ada komet kasat mata di langit kita," lanjutnya.

Oleh karena itu, menurut Marufin, dari kemungkinan-kemungkinan yang ada, tinggal menyisakan sumber cahaya buatan manusia.

"Pertama, lampu pesawat. Meski kemungkinan kecil karena tidak kelihatan pola terang gelapnya," jelas Marufin.

Dugaan kedua adalah layang-layang berlampu dan ketiga adalah balon udara buatan sendiri.

Pengertian Lintang Kemukus

Dikutip dari Kompas.com, komet atau bintang berekor atau lintang kemukus adalah benda langit yang berupa kumpulan debu dan kerikil bercampur es membentuk gumpalan berpori mirip batu apung berkerapatan rendah.

Baca Juga: Singgung Soal Air Pindah ke Darat, Mbak You Tetiba Memohon Pada Sang Pencipta Agar Tak Ada Lagi Bencana Usai Awan Tsunami di Aceh: Tuhanku, Kalau Boleh Meminta, Tolong Jangan Dulu..

Seringkali kerapatannya lebih kecil dari air, sehingga secara teknis bisa mengapung di lautan asal diletakkan dengan hati–hati.

Komet Atlas menghabiskan sebagian besar waktunya di tepian tata surya, sehingga suhu dingin membuatnya strukturnya tetap kaku.

Namun jika ia beringsut mendekati Matahari, panas menyebabkan komponen esnya mulai menyublim terutama yang berada di kerak dan subkeraknya.

Sublimasi membentuk cebakan–cebakan gas yang umumnya mengandung uap air, karbonmonoksida dan sianogen dengan tekanan terus meningkat.

Baca Juga: Melaney Ricardo Singgung Panjat Sosial ke Kekeyi, Begini Respon Anji: Pansos Itu Wajar Lho!

Pada satu titik tekanannya melampaui kekuatan struktur penyungkupnya sehingga mulai terjadi perekahan.

Gas–gas itu pun lepas ke angkasa lewat rekahan–rekahan dalam kejadian mirip letusan gunung berapi.

Semburan gas menyeret partikel–partikel debu, pasir dan kerikil ke angkasa dan membentuk struktur ekor komet yang persis berimpit dengan lintasan komet. 

Artikel ini telah tayang di Tribunstyle.com dengan judul: VIRAL Fenomena Mirip Lintang Kemukus di Tuban, Benarkah Tanda Pagebluk Hilang? Ini Penjelasan Ahli (*)