Grid.ID - Arab Saudi terus mengalami kemunduran, kehilangan arah dan pengaruh di kawasan Teluk dan Timur Tengah.
Lebih dari 50 tahun setelah kerajaan Saudi mulai menjadi terkenal di tingkat regional dan internasional sebagai anggota utama OPEC dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), kini kerajaan itu berada di jalur penurunan yang stabil.
Melansir dari Al Jazeera (22/9/2020), meski Arab Saudi adalah rumah bagi situs-situs paling suci Islam dan cadangan minyak terbesar kedua di dunia, namun kebijakan salah arah yang diambil membuat banyak hal menjadi sia-sia.
Apa yang dimulai sebagai dorongan yang menjanjikan dan ambisius oleh Pangeran Mohammed Bin Salman (MBS), segera berubah menjadi usaha yang sembrono.
Dibimbing oleh Mohammed Bin Zayed (MBZ) dari Uni Emirat Arab (UEA), MBS menjalankan kerajaan sampai ke negara.
Namun, tidak ada yang menyaksikan kemunduran Arab Saudi lebih dari kemunculan mendadak dari mitra juniornya sebagai kekuatan regional yang suka berperang, campur tangan di Libya dan Tunisia serta mendukung diktator dan penjahat perang, seperti Abdel Fattah el-Sisi dari Mesir dan Bashar al-Assad dari Suriah.
Abu Dhabi dengan ceroboh berlari ke depan dan menyeret Arab Saudi dengan itu.
Ini juga merupakan bukti dukungan MBS untuk langkah MBZ yang menghubungkan keamanan Teluk dengan Israel sebagai cara untuk melindungi aturan dan pengaruh regional mereka.