"Dari mulai ayahnya meninggal, terus kakeknya meninggal. Karena mereka deket banget sama kakeknya sama ayah saya tuh deket banget. Sampai pada saya tahlil ayah saya, mereka ikutan nangis usap-usap saya suruh sabar," ungkap Umi Pipik.
"Nggak lama juga rumah terbakar, mereka juga masih kecil, mereka melihat langsung gitu, mereka di kelilingi api, dalam arti mereka melihat," terangnya.
Setelah dewasa, anak-anak Uje itu kembali ditempa ujian dengan komentar-komentar negatif yang bertolak belakang dengan sang ayah.
Lantas, Umi Pipik membela anak-anaknya jika manusia tidak ada yang sempurna.
Umi Pipik juga mengatakan bahwa anak-anaknya merupakan teman hidupnya selama ini.
"Bahkan, sudah besarpun mereka di uji, di tempa dengan orang lain, dengan komentar-komentar yang buat kami kalo baca tuh sedih gitu, sakit"
"Kok nggak sesuai dengan ayahnya atau apalah, padahal manusia nggak ada yang sempurna, almarhum pun juga nggak sempurna," jelas Umi Pipik.
"Jadi anak-anak bagi saya adalah teman hidup saya," pungkasnya.
(*)