Grid.ID – Dulu, kebanyakan produk air minum dalam kemasan memiliki segel plastik pada tutupnya. Konsumen percaya bahwa plastik yang melingkar pada mulut botol merupakan bagian dari standar higienis.
Namun, apakah saat ini Anda masih mendapati hal serupa? Sesekali saat mengunjungi minimarket, cobalah telusuri etalase minuman dalam kemasan. Bisakah Anda mendapati produk minuman dengan segel plastik? Kalau pun ada, jumlahnya hanya sedikit.
Segel plastik yang terbuat dari material polyvinyl chloride (PVC) ternyata tidak memberi dampak baik pada kehidupan manusia.
Proses pelekatan segel plastik melibatkan panas, sementara PVC yang dipanaskan dapat memberi efek buruk bagi kesehatan. Mengutip laman EcoWatch, material tersebut dapat melepaskan dioksin, phthalates, dan klorin ketika dipanaskan.
Bila terhirup oleh manusia, kandungan ketiganya dapat menjadi racun dalam tubuh dan memicu timbulnya kanker, gangguan endokrin, asma, hingga penurunan fungsi paru-paru.
Tidak hanya itu, jenis plastik PVC tidak mudah terurai sehingga dapat mencemari lingkungan. Segel plastik mungkin berukuran kecil dan tipis, tetapi jika terkumpul dalam jumlah besar akan mencemari lingkungan.
Kondisi serupa juga terjadi pada konsumsi plastik secara umum. Berdasarkan survei berjudul Daily activities that contribute to plastic waste Indonesia 2019 yang dimuat di laman Statista, Jumat (13/12/2019), tingginya jumlah sampah di Indonesia rupanya disebabkan oleh aktivitas belanja masyarakat.
Survei ini menemukan 91 persen pembelian dan penggunaan plastik dilakukan ketika berbelanja kebutuhan harian, 51 persen melalui pembelian makanan/minuman take away, dan sisanya melalui jasa pembelian makanan online sebesar 49 persen.
Baca Juga: Hadiri Pesta Ulang Tahun, Raline Shah Pamer Kedekatan dengan Keluarga Ayah Gigi Hadid
Ironisnya, riset J. Jambeck (2015) ikut menyebut bahwa Indonesia merupakan negara dengan tingkat konsumsi plastik harian yang cukup tinggi.
Setidaknya terdapat 11 juta kilogram plastik yang dibuang per hari. Di dalamya, terdapat 9 juta kilogram sampah plastik yang tak terkelola dengan baik, seperti dikutip dari laman Mongabay, Minggu (9/6/2018).
Inilah alasan mengapa menghentikan produksi segel plastik dapat menjadi solusi kecil yang berdampak besar terhadap permasalahan sampah plastik.
Digantikan dengan cincin pengaman
Sejenak, hilangnya segel plastik pada produk minuman kemasan menimbulkan keraguan karena selama ini konsumen meyakini bahwa segel itu penjamin keamanan dan kualitas isi produk.
Baca Juga: Hadiri Pesta Ulang Tahun, Raline Shah Pamer Kedekatan dengan Keluarga Ayah Gigi Hadid
Padahal, segel plastik bukan satu-satunya penjaga kualitas. Berdasarkan penelitian yang ditulis oleh konsultan kemasan produk makanan Gordon L Robertson dalam bukunya Food Packaging and Shelf Life, penggunaan material polyethylene terephthalate (PET) dalam pembuatan botol kemasan sudah cukup untuk menjaga keamanan produk.
Plastik PET tahan terhadap suhu dan kondisi cuaca sehingga dapat membuat isi dalam kemasan botol tetap terjamin kualitasnya.
Selain itu, pengaman produk atau yang sering disebut tampered-evident packaging tidak harus berupa segel plastik. Ada beragam jenis tampered-evident packaging salah satunya yang saat ini lebih banyak digunakan yaitu cincin pengaman.
Menurut laman Plastic Ingenuity, cincin pengaman merupakan cincin plastik yang terhubung pada tutup botol minuman dan akan pecah ketika konsumen memutar bagian tutupnya.
Keberadaan cincin ini terlihat melalui gerigi-gerigi tipis yang terlihat pada bagian leher tutup botol.
Tanda sebuah produk menggunakan jenis tampered-evident packaging tersebut adalah sulitnya tutup botol untuk dibuka.
Ketika diputar ada suara retakan yang terdengar akibat terputusnya pengunci antara tutup botol dan cincin pengaman.
Jadi, selama ada suara retakan saat tutup botol diputar, tandanya produk yang dibeli masih terjaga kualitasnya.
Baca Juga: Miliki Peran Penting di Bisnis Keluarga, Sosok Ayah Indra Priawan Terungkap
Untuk memastikan produk yang dibeli masih memiliki cincin pengaman yang terkunci, Anda tinggal merasakan sulit tidaknya tutup botol dibuka.
Laman Industrial Packaging menyebut, dibutuhkan tenaga ekstra untuk membuka tutup botol. Pasalnya, penggunaan cincin pengaman ikut mengunci udara yang ada di dalam botol. Inilah yang membuat tutup botol menjadi lebih sulit untuk dibuka.
Mulai diterapkan banyak perusahaan
Di Indonesia, banyak perusahaan air minum dalam kemasan mulai beralih dari penggunaan segel plastik menjadi menggunakan cincin pengaman. Sebagai gantinya, mereka menambahkan sistem kode ganda tutup dan badan botol, label kertas berisi kode QR, juga desain kunci unik di sekitar cincin pengaman untuk mencegah pemalsuan.
Ke depan, mungkin saja bentuk cincin pengaman mengalami evolusi menjadi tak lagi terpisah dengan tutup botol sehingga mampu mengurangi keberadaan plastik berukuran kecil yang mudah tercecer.
Meski kehadiran cincin pengaman dianggap sebagai solusi baru, tetapi tetap diperlukan kebijaksanaan konsumen dalam memilih produk yang ramah lingkungan. Sebab, tanpa adanya konsumsi plastik yang bertanggung jawab, usaha para produsen dalam menciptakan produk ramah lingkungan tak akan bisa terwujud.
Melalui bijak berplastik, Anda tak hanya telah berkontribusi dalam menjaga lingkungan, tetapi juga menekan warisan sampah pada generasi selanjutnya.