Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Tidur merupakan rutinitas biologis tubuh manusia untuk istirahat.
Setelah seharian beraktivitas, tubuh memerlukan waktu untuk beristirahat.
Pernahkah kamu mencoba tidur hanya 4 jam sehari?
Mungkin kita menganggap tidur selama 4 jam setiap hari sudah cukup untuk menjalani hari esok.
Namun, faktanya tidur selama 4 jam setiap hari tidak mencukupi energi kita untuk beraktivitas.
Mengutip laman Nakita, perlu diketahui bahwa setiap orang memerlukan waktu tidur yang cukup untuk membuat tubuh berenergi, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan menghilangkan rasa lelah.
Orang dewasa pada umumnya membutuhkan sekitar 7-8 jam tidur setiap harinya.
Namun, sebagian orang merasa tidur 4 jam sudah cukup.
Faktanya, orang yang hanya tidur 4 jam setiap harinya tidak memiliki cukup energi untuk menjalani kesehariannya.
Kondisi ini kerap ditandai dengan kantuk berlebihan, menguap, sulit konsentrasi, mudah marah, kelelahan di siang hari, pelupa, dan gelisah.
Kualitas tidur yang buruk atau kurang tidur dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga dikaitkan dengan berbagai penyakit.
Sebagai contoh, orang yang rata-rata tidur 4 jam memiliki kemungkinan 4 kali lebih besar untuk terkena penyakit kardivaskular, obesitas, depresi, diabetes, dam performa otak tak akan maksimal.
Hingga seorang pria ada membuktikan hanya tidur 5 jam sehari.
Adalah Ryan Bergara, anggota Staf Buzzfeed Motion Pictures.
Dilansir Grid.ID dari Intisari Online, dia memutusan untuk menerima tugas untuk mengubah jadwal tidurnya.
Kebanyakan negara memiliki pola tidur monofasik di mana kita tidur selama 8 jam dan tetap terjaga untuk 16 jam.
Di Amerika Latin, orang menggunakan pola tidur bifasik di mana mereka tidur selama 5 sampai 6 jam dan kemudian memiliki tidur siang 30 sampai 90 menit.
Ryan melakukan tantangan yang lebih berat dengan pola tidur polifasik.
Tujuan pola tidur polifasik adalah untuk mengoptimalkan waktu terjaga.
Ryan memutuskan untuk mewawancarai Jackson Nexhip yang merupakan pengarang Polyphicic Sleep and Productivity.
Jackson berkata, "Saya akan tidur selama 4,5 jam dan kemudian saya akan tidur siang 22 menit dalam hari itu."
Jadwal tidur ini disebut everyman dan total tidur yang dibutuhkan sedikit lebih dari lima jam per hari.
Bentuk paling ekstrem dari tidur polifasik adalah uberman di mana orang tidur kurang dari dua jam setiap malam dengan 60 menit tidur siang.
Ryan juga berkonsultasi dengan ahli tidur di UCLA, Dr Alon Avidan yang mengatakan bahwa manusia membutuhkan minimal 7 jam tidur.
Namun, Ryan masih ingin melakukan eksperimen tidur everyman dengan jam tidur sebanyak 5 jam lebih sedikit.
Baca Juga: Ini Tantangan Terbesar Tenaga Kesehatan dalam Menurunkan Angka Stunting di Indonesia
Pada hari 1 dan 2, hal itu terasa sangat sulit baginya.
Pada hari ke-2, sulit baginya mendapatkan energi untuk bekerja atau menyelesaikan tugas-tugas harian.
Dr Avidan telah memperingatkannya tentang efek jangka pendek seperti, reaksi yang lebih lambat, masalah ingatan, masalah kognitif, kurangnya kreativitas, dan peningkatan iritabilitas.
Ryan mendokumentasikan pola tidur barunya tersebut di YouTube.
Pada hari ke-4, dia berkata, "Otak saya mati sekarang, saya tidak mampu melakukan apa pun."
Baca Juga: Dihindari Karena Rasanya Pahit, Faktanya Pare Punya 7 Manfaat untuk Bumil, Nomor 4 Paling Penting!
Pada hari ke-5, dia melaporkan bahwa dia 'benar-benar merasa lebih baik' dalam tanda kutip.
Hari ke-7, Ryan harus mengambil tidur tambahan.
Dia melaporkan bahwa dia mulai sakit dan cedera kakinya saat gym tidak membaik karena kurang tidur.
Pada akhirnya, dia mengatakan bahwa dia telah belajar betapa pentingnya jumlah jam tidur yang tepat agar tubuh berfungsi dengan baik.
Dan dia juga juga mengatakan bagaimana dia tidak fokus dan kehilangan kreativitas dengan pola tidur tersebut.
Sebuah studi menemukan bahwa orang yang rata-rata tidur selama 7-8 jam per malam memiliki kinerja kognitif yang lebih baik, ketimbang yang kurang atau kelebihan tidur.
(*)