Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Beberapa waktu belakangan nama dr. Tirta Mandira Hudhi atau yang akrab disapa dokter Tirta ini sempat jadi sorotan.
Hal ini karena doketr Tirta yang juga dikenal sebagai influencer terlihat tak henti mengkampanyekan soal pencegahan virus corona.
Akan tetapi, di tengah usahanya untuk membantu rekan-rekan sejawatnya itu, kabar kurang baik justru datang dari dokter Tirta sendiri.
Baca Juga: 4 Cara Memakai Toner Sesuai Jenis Kulit Agar Manfaatnya Maksimal, Wajib Coba!
Diwartakan laman Grid Fame (31/3/2020), ia sempat dirawat di rumah sakit.
Dokter Tirta terpaksa harus menjalani isolasi di Rumah Sakit Kartika dan mengungkapkan bahwa dirinya telah menyandang status PDP (pasien dalam pengawasan).
Kala itu, PDP merupakan status yang diberikan pada pasien yang memiliki gejala atau penyakit yang mengarah pada gejala Covid-19.
Hal ini dikabarkannya lewat unggahan di Instagramnya.
Meski telah dirawat dan berstatus PDP, Tirta tetap bisa menjalankan dan mengkoordinasi bantuan alat pelindung diri (APD) untuk didonasikan.
"Saya terlatih ngatur toko banyak, @shoesandcare , selama kuliah 2009-2013c saya terbiasa bagi tugas, kuliah + usaha. So , ketika saya PDP , skrng , saya masih bisa lanjut berjuang dan ngurus bisnis," katanya waktu itu.
Baca Juga: Putus dari Richard Kyle Jadi Salah Satu Alasan Jessica Iskandar Pindah ke Bali
Pada Senin (30/3/2020), hasil tes cepat Covid-19 yang dijalaninya telah keluar.
Melalui akun Twitter pribadinya, ia mengabarkan bahwa dirinya negatif corona.
Akan tetapi, masalah serius lainnya justru muncul dari hasil rontgen paru-paru.
Bukan menjadi pasien Covid-19, dokter Tirta justru mendapati fakta bahwa dirinya mengidap penyakit ganas lainnya.
"Jujur aje, ABIS Diperiksa, faktanya lebih ngecewain, paru paru gue kotor banget karena rokok. Gue suspect Copd (PPOK) dan bronkitis kronis. Padahal ni penyakit usia tua. Ini akibat rokokan banyak. Kalo PPOK sulit sembuh :( ga nular tapi sulit sembuh," tulis Tirta.
PPOK adalah singkatan dari penyakit paru obstruktif kronis, yang artinya ia mengidap penyakit bronkitis kronis.
Tak hanya itu, lewat Instagramnya, dokter Tirta juga mengakui kesalahan fatalnya karena suka merokok.
Setelah didiagnosis menderita penyakit tersebut, ia pun tersadar dan berjanji akan berhenti serta mengajak orang untuk berhenti merokok.
Bronkitis adalah peradangan pada lapisan saluran bronkial, yang membawa udara ke dan dari paru-paru.
Bronkitis dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni bronkitis akut dan bronkitis kronis.
Baca Juga: Kemana Aja Sampai Baru Tahu Kalau Kopi Bisa Mengatasi Uban? Bisa Dicoba Sekarang Juga
Dilansir Grid.ID dari Kompas.com, bronkitis kronis termasuk kondisi yang perlu mendapatkan perhatian serius karena bisa menimbulkan berbagai komplikasi berbahaya, seperti dialami dokter Tirta.
Melansir Medicine Net, beberapa komplikasi bronkitis kronis yang bisa terjadi di antaranya, yakni:
- Kesulitan bernapas, terkadang parah
- Gagal napas
- Radang paru-paru
- Pembesaran dan kelemahan ventrikel jantung kanan akibat penyakit paru-paru
- Pneumotoraks (pengumpulan udara atau gas di paru-paru yang menyebabkan kolaps paru)
- Polisitemia (konsentrasi tinggi sel darah merah yang diperlukan untuk membawa oksigen)
- Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
- Emfisema, yakni kondisi ketika terjadi penghancuran kantong-kantong di paru
- Tingkat mortalitas (kematian) yang tinggi
Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka bagi siapa saja harus menghindari berbagai faktor penyebab bronkitis.
Bronkitis kronis merupakan hasil dari iritasi saluran bronkial berulang dan kerusakan pada paru-paru dan jaringan saluran napas.
Penyebab tersering adalah aktivitas merokok, tetapi tidak semua penderita bronkitis ini adalah perokok.
Penyebab bronkitis kronis lainnya yang mungkin termasuk, antara lain:
- Paparan jangka panjang terhadap polusi udara, debu, dan asap dari lingkungan
- Faktor genetik
- Episode berulang dari bronkitis akut
- Riwayat penyakit pernapasan
- Riwayat penyakit gastroesophageal reflux (GERD)
Paparan pestisida juga meningkatkan risiko seseorang terkena bronkitis kronis.
Penderita asma atau alergi memiliki risiko lebih tinggi terhadap kedua jenis penyakit tersebut.
Strategi yang bisa dilakukan untuk mengobati bronkitis seperti tidak merokok, berolahraga untuk memperkuat otot dada guna membantu pernapasan, dan memperbaiki teknik pernapasan melalui rehabilitasi paru.
(*)