Grid.ID - Kondisi ekonomi akibat pandemi membuat TM yang semula penjual mie akhirnya banting setir jadi distributor madu palsu.
TM berusaha memanfaatkan situasi dimana saat pandemi peminat madu melonjak.
Tapi alih-alih memberi manfaat, madu buatan TM ini justru timbulkan bahaya bagi tubuh.
Polda Banten akhirnya menangkap TM dan mengungkap praktik pemalsuan madu.
Pria yang sebelumnya berdagang mie itu ditangkap di tempat produksinya di wilayah Kembangan, Jakarta Barat, Rabu (4/11/2020).
TM mengaku beralih profesi setelah permintaan madu meningkat di masa pandemi Covid-19.
Berbekal informasi yang ia peroleh dari lingkungan sekitarnya, TM memproduksi madu palsu.
Sementara, untuk memasarkannya, ia dibantu oleh dua rekannya yang juga telah ditangkap.
Berdasarkan penjelasan Kasubdit Indag 1 Direktorar Reserse dan Kriminal Khusus Polda Banten, Doffie Fahlevi, madu yang diproduksi oleh TM dapat menimbulkan efek bagi kesehatan.
Alih-alih meningkatkan imunitas tubuh, warga yang mengkonsumsi madu tersebut mengeluhkan sakit perut serta muntah-muntah.
"Banyak warga Banten yang sakit perut setelah minum madu ini," ujar Doffie.
TM ditangkap setelah polisi dengan sengaja membeli madu palsu yang ia pasarkan.
Kemudian, polisi melakukan uji kandungan terhadap madu tersebut.
Dari hasil tes, didapati bahwa tidak ada sepersen pun madu asli yang terkandung di dalam madu yang diproduksi TM.
Pabrik kotor
Rumah kontrakan satu lantai yang berlokasi di Jalan SMA 101 Joglo, Kembangan, disulap oleh TM menjadi pabrik yang memproduksi madu palsu.
Sekali pandang, dapat dipastikan isi rumah tersebut jauh dari higienis.
"Bisa dilihat di sini tidak steril sama sekali," kata Doffie.
Puluhan drum campuran madu palsu disusun di dalam pabrik dadakan tersebut.
Terlihat lalat-lalat mati yang mengambang di atas cairan madu.
Bau menyengat keluar dari drum-drum yang tersusun di pabrik.
Sementara, lantai dari tempat itu berwarna kecoklatan dampak tumpahan dari cairan madu palsu. Melangkah pun harus hati-hati sebab lantai lengket dan kotor.
Di bagian belakang kontrakan, terdapat satu ruangan khusus yang digunakan TM untuk memasak cairan madu palsu.
Baca Juga: Live Album Teranyar David Bowie 'No Trendy Réchauffeé' Akan Dirilis Bulan Ini
Asal campur bahan berbahaya
Untuk membuat madu palsu, TM mencampurkan beberapa bahan dengan takaran sesukanya.
"Pelaku menggunakan bahan itu dengan kira-kira, warnanya bagaimana sudah cukupkah, manisnya sudah cukupkah, kentalnya sudah cukupkah. Itu semua mengira-ngira," jelas Doffie Salah satu bahan yang digunakan adalah molases.
"Molases tersebut merupakan salah satu campuran pakan ternak sehingga berbahaya buat dikonsumsi," ujar Doffie.
Campuran tersebut setelahnya dikemas ke dalam botol sehingga sulit dibedakan dengan madu asli yang beredar di pasaran.
Cairan madu tersebut akan dibantu pasarkan oleh dua rekan TM yang berlokasi di Banten.
Rekannya akan memesan melalui telepon kemudian datang langsung ke pabrik untuk membawa madu yang telah dikemas, maupun yang berada di dalam jerigen untuk kemudian dipasarkan.
Raup ratusan juta rupiah
Diketahui bahwa satu buah botol yang dijual oleh TM dibandrol harga Rp 25.000.
Sementara, modal yang dibutuhkan TM untuk membuat satu buah botol hanyalah sekitar Rp 17.000
Berdasarkan keterangan TM, dalam satu kali produksi dalam satu hari, ia mampu menghasilkan madu sebanyak satu ton.
Dari satu ton madu tersebut, ia menghasilkan omzet sebanyak Rp 600 juta.
"Bisa (mendapat omzet) Rp 600 juta untuk sekali produksi itu, mereka," jelas Doffie.
Berdasarkan perhitungan pihak Polda Banten, berarti dalam satu tahun, ia mampu menghasilkan omzet penjualan lebih dari Rp 8 miliar.
Karena perbuatannya, TM terancam hukuman penjara selama lima tahun.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tipuan Madu Palsu: Diproduksi di Pabrik Kotor dan Timbulkan Masalah Kesehatan"
(*)