Tim yang terdiri dari Yunanto Utomo, Gregorius Jovinto, Bayu Adi Prakoso, Anggara Kusumaatmaja, dan Haman membuat tiga seri Virion, terdiri dari “Virion: A Tale of Coronavirus for Old School Comic Fans”, “Virion: A Tale of Coronavirus for Old School Comic Fans – Part 2”, dan “Virion: An Interactive Quest to Find Covid-19 Vaccine”.
Konten yang kemudian diunggah di kanal Visual Interaktif Kompas (VIK) itu menarget semua pembaca yang berminat dengan konten visual, terutama anak-anak yang berusia 11-14 tahun.
Seri pertama dan kedua Virion adalah komik yang menceritakan tentang bagaimana virus corona ditemukan dan diidentifikasi, perubahan pemahaman tentang cara kerja dan dampaknya terhadap manusia, serta perubahan dunia sains selama pandemi COVID-19.
Seri ketiga Virion menghadirkan text adventure game di mana para pembaca akan diberi tantangan untuk menyusun strategi terbaik mengembangkan vaksin COVID-19.
Permainan ini diharapkan dapat memberikan pengertian pada para pembaca bahwa pengembangan vaksin COVID-19 tidaklah mudah, terutama di negara berkembang.
Keterbatasan teknologi dan akses membuat negara-negara berkembang punya tantangan lebih besar.
“Karya ini menarik karena penuh dengan fakta serta cerita menarik tentang sains dan kisah para ilmuwan yang disajikan dalam format komik.
Permainan interaktif ini merupakan cara yang sangat inovatif untuk mendorong pemahaman secara ilmiah tentang pengembangan vaksin”, ujar Cathy Edwards dari BBC sekaligus produser dari acara sains populer “CrowdScience”.
Yunanto Utomo yang memimpin tim VIK Kompas.com, mengatakan bahwa Kompas.com lewat VIK sudah melakukan berbagai eksperimen untuk menjangkau kaum muda dan mereka yang memiliki ketertarikan rendah dalam sebuah isu.
Penghargaan dari AAAS dan Kavli adalah hal yang sangat penting bagi tim mereka dan tentunya akan terus memacu semangat mereka untuk terus berinovasi.