Laporan Wartawan Grid.IdD, Mia Della Vita
Grid.ID - Artis peran Hamish Daud menceritakan masa kecilnya yang penuh dengan petualangan.
Hamish Daud mengaku pernah tumbuh besar di daerah terpencil di Indonesia selama beberapa tahun.
Saking terpencilnya, Hamish Daud katanya harus berburu makanan terlebih dulu jika merasa lapar.
Pengalaman masa kecil itu diceritakan Hamish dalam wawancara bersama Asian Boss di kanal YouTube.
Baca Juga: Panggil Hamish Daud dengan Sebutan Om, Raisa Andriana: Harus Manja!
"Setelah lahir di Australia, kembali ke Bali dan tinggal di sana selama beberapa tahun bersama ayah dan ibuku sampai mereka bercerai."
"Aku pindah ke Jakarta selama beberapa tahun, kemudian aku pindah ke Sumba, sebuah pulau di Indonesia Timur. "
"Tidak ada toko, tidak ada layanan antar, tidak ada supermarket saat itu di tempat tinggalku."
"Jadi jika aku lapar, aku harus pergi dan mendapatkan makanan aku sendiri."
"Aku belajar untuk hidup dari bumi dan laut selama sekitar 5 tahun," katanya.
Saking serunya hidup di alam terbuka, Hamish mengaku sampai bolos sekolah.
"Aku hidup sebagai jungle boy (anak hutan). Sejujurnya itu adalah saat-saat terbaik dalam hidupku."
"Aku akan menunggang kuda dan tidur di hutan selama tiga hari."
"Aku akan pergi dan menangkap ikan dan barbekyu lalu tidur di pantai sendirian."
"Aku berteman dengan anak-anak desa dan kami akan menjelajah," katanya dikutip Grid.ID, Kamis (19/11/2020).
Dari pengalaman masa kecilnya itulah, Hamish Daud jadi mengetahui banyak hal tentang alam dan laut.
Seperti bagaimana cara bersahabat dengan ikan paus, hiu, hingga mengambil abalon dari terumbu.
Merasa bahagia, suami Raisa ini pun juga ingin orang-orang merasakan pengalaman menyenangkan itu.
Sehingga, orang-orang akan lebih memahami betapa pentingnya lautan bagi mereka.
"Itu tidak membuatku menjadi orang yang istimewa karena begitulah cara hidup orang Indonesia selama ribuan tahun."
"Sebagai negara maritim, begitulah cara hidup setiap orang ribuan tahun," terangnya.
"Jadi aku hanya mencoba untuk menghubungkan kembali orang-orang ke frekuensi itu lagi."
"Membuat mereka mengerti betapa pentingnya lautan," ungkapnya.
(*)