Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Masalah kewanitaan memang selalu menarik untuk dibahas, termasuk perihal menstruasi.
Meskipun ini adalah siklus alamiah yang dialami semua wanita, tapi masih banyak dari kita yang tak mengetahui soal haid.
Padahal menstruasi sangat erat kaitannya dengan reproduksi dan keberlangsungan hidup wanita.
Baca Juga: 4 Keuntungan Mencatat Siklus Menstruasi, Ladies Wajib Tahu!
Setiap perempuan memiliki siklus yang menstruasi umumnya berjarak 21-35 hari sejak hari pertama menstruasi di bulan sebelumnya.
Yang harus diperhatikan juga adalah periode berlangsungnya menstruasi yang umumnya antara 3-7 hari.
Wanita tak boleh menganggap sepele keluhan seputar menstruasi, karena bisa jadi berhubungan dengan hal lain yang lebih serius, seperti:
Baca Juga: 10 Fakta Unik Menstrual Cup yang Harus Wanita Ketahui
- Sindrom Polikistik Ovarium (PCOS) atau gangguan hormonal yang menyebabkan peningkatan volume ovarium/sel telur.
- Premenstrual Syndrome (PMS) yang sifatnya hormonal.
- Dysmenorrhoea atau kram perut akibat kontraksi pada rahim.
- Menorrhagia atau pendarahan berlebihan dalam waktu yang berlangsung lama.
- Amenorrhoea atau kondisi saat perempuan tidak mengalami haid dalam periode tertentu yang bisa jadi tanda ketidaksuburan.
Untuk nyeri haid sediri, apakah kamu salah satu yang kerap mengalaminya?
Ada yang menyebut bahwa nyeri haid akan hilang setelah menikah dan punya anak.
Apakah pernyataan itu benar?
Jika benar, bagaimana alasannya secara medis?
Baca Juga: Hamil atau Tidak, Ya? Berikut 7 Tanda Kehamilan
“Siklus haid wanita sudah menikah atau belum, sudah punya anak atau belum. Normalnya itu tidak ada bedanya,” ujar dr. Kartika Cory, SpOG, Spesialis Obstetri dan Ginekologi dalam acara virtual HaloTalks “Mencatat Periode Menstruasi: Hal Mudah, Berdampak Besar” yang diikuti Grid.ID, Rabu (25/22/2020).
Menurut dr. Kartika, tidak ada perbedaan antara wanita yang sudah atau belum menikah.
“Normalnya tetap 21-35 hari, tidak ada perbedaan antara yang sudah menikah atau belum menikah. Baik yang sudah menikah dan punya anak atau yang sudah menikah dan belum punya anak,” tegas dr. Kartika.
Untuk masalah nyeri haid sebelum dan setelah menikah, ia menjelaskan secara rinci alasannya.
“Mitos-mitos itu ada benarnya dan ada enggak-nya ya. Misalnya kita sudah menikah, waktu belum menikah sering nyeri haid. Waktu sudah hamil, nyerinya akan berkurang.”
“Sebenarnya di situ, ada orang yang kalau dia haid-nya nyeri malah susah hamil. Tapi kalau dia sudah bisa hamil, berarti endometriosis yang mengganggu sudah diserap oleh tubuh sendiri,” jelas dr. Kartika.
Oleh karena itu, mucul mitos bahwa nyeri haid akan hilang setelah menikah.
“Makanya muncul mitos yang bilang kalau sudah menikah dan sudah hamil malah nyeri perut (haid) akan hilang.”
“Sebenarnya, benar juga tapi penjelasnnya tidak seperti itu,” paparnya.
Ia menyebut hal itu karena jaringan-jaringan yang mengganggu sudah hilang dengan sendirinya.
“Karena kalau sudah hamil berarti jaringan-jaringan yang mangganggu ini sudah diserap oleh tubuh,” tutup dr. Kartika.
(*)