Ketika ditanya lebih detail oleh Maudy soal peristiwa itu, Nadiem mengaku mengalaminya sewaktu duduk di kelas 10.
Namun syukurnya tidak semua guru memperlakukan Nadiem seperti itu.
Ada juga guru yang keras tetapi sangat mendorong perkembangan Nadiem.
"Salah satu guru favorit saya itu, guru bahasa Inggris saya sewaktu di SMA."
"Dia itu keras banget sama saya tetapi ia merasa saya punya bakat dalam menulis dan menganalisa."
"Jadi kalau saya sedikit saja kendor, dia akan langsung bilang, 'Ini gimana, saya tahu kamu bisa lebih baik dari ini.'"
"Dia tidak pernah menghina saya. Jika pun marah, ia marah berbasis kepercayaan bahwa saya bisa lebih dari yang sekarang," ungkapnya.
Menurut Nadiem, kepercayaan sang guru terhadap dirinya membuat ia juga yakin pada kemampuannya sendiri.
"Jadi lama-lama saya juga mulai percaya sama diri saya. Ya nggak apa-apalah, ia tekan saya untuk terus berkinerja, tetapi ia percaya pada saya," katanya.
(*)