Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Masker sudah menjadi benda wajib yang digunakan saat ini.
Untuk masyarakat sendiri, sempat dihimbau untuk menggunakan masker kain tiga lapis.
Hal itu karena masker bedah yang semakin sulit ditemukan dan diprioritaskan untuk tenaga kesehatan atau orang sakit.
Baca Juga: Usai Main Gadget di Depan Rumah, Pemuda 26 Tahun Tiba-tiba Mengakhiri Hidupnya Secara Tragis
Mengutip laman Nakita.id, ini diungkapkan oleh Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito.
Ia mengimbau masyarakat menggunakan masker kain sebagai alternatif ketika berada di tempat umum.
Wiku pun menekankan masker kain tersebut harus terbuat dari kain minimal tiga lapis.
"Masker ini dapat terbuat dari kain, minimal tiga lapis, yang dapat digunakan oleh masyarakat, dan apabila mulai basah bisa diganti," ujarnya dalam konferensi pers yang disiarkan di kanal YouTube BNPB Indonesia, Sabtu (4/4/2020).
Baca Juga: Tak Mau Dipanggil Sultan, Ruben Onsu: Mobil Aja Masih Kredit
Hal sama juga telah dijelaskan oleh World Health Organization (WHO).
Dalam pidatonya pada 5 Juni 2020, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesu, mengatakan masker saat ini disarankan terdiri dari tiga lapis.
Hal ini dikatakan setelah ada kajian akademis yang diminta oleh organisasi kesehatan itu.
“Panduan terbaru kami memuat informasi terbaru dalam hal komposisi masker kain, berdasarkan kajian akademis yang diminta oleh WHO,” tutur Ghebreyesus seperti dikutip dari situs resmi WHO via Tribunnews Wiki.
Kombinasi dari berbagai jenis kain dan material menghasilkan filtrasi yang berbeda terhadap kemampuan untuk bernapas dan penyaringan virus.
Saat ini, standar masker kain telah ditetapkan oleh French Standarization Association (AFNOR Group) dengan jumlah filtrasi minimal 70 persen terhadap partikel solid atau droplet.
Beberapa jenis kain yang bisa digunakan seperti polypropylene, katun (woven), katun (knit), polyester, cellulose (tisu), cellulose (paper towel), silk (napkin), nylon.
Akan tetapi, sebagian besar masker kain cenderung menjadi jelek dan mengalami keausan karena proses pencucian.
Hal itu otomatis menurunkan kualitas masker dan mengurangi manfaatnya menahan covid-19.
Dilansir Grid.ID dari laman Kompas.com, meskipun dengan perawatan dan penyimpanan yang tepat, masker memang memiliki masa kedaluwarsa.
Tidak ada waktu pasti kapan seseorang dapat mengganti atau membuang masker karena itu tergantung pada jenis masker, kain, dan intensitas pencuciannya.
Mengganti masker juga tergantung pada berapa kali kita menggunakan dan melepaskannya.
Sebagai contoh, jika kita adalah seseorang yang lebih sering bepergian dan menghadapi lebih banyak paparan virus, jadwal penggantian masker juga akan berbeda.
Kita mungkin perlu menggantinya lebih sering daripada yang lain.
Ada beberapa hal yang dapat membantu kita mengetahui apakah sudah waktunya untuk membuang masker kain yang lama, seperti:
1. Apabila kita harus terus menyentuh dan menyesuaikan masker untuk menutupi sepenuhnya.
2. Periksa ikatan dan simpul elastis pada masker. Jika pita mengendur atau lepas berulang kali, itu bisa menjadi tanda lain bahwa masker tidak lagi pas untuk digunakan.
Lebih lanjut, bisa juga menjadi pertanda kain sudah mulai terkikis.
- Jika kain tampak keropos atau ringan dan tipis setelah dicuci berulang kali.
- Jika kita melihat adanya lubang atau sobekan pada masker, ini adalah salah satu kesalahan paling mengkhawatirkan yang bisa berdampak buruk.
Oleh karena itu, sebisa mungkin kita selalu mengganti, membersihkan, dan membuang masker lama jika sudah tidak layak dipakai.
Jika kita menggunakan masker sekali pakai, segera buang setelah menggunakannya.
Dengan cara di atas, maka potensi kita terpapar virus akan semakin kecil.
(*)