Find Us On Social Media :

Falcon Picture Resmi Umumkan 7 Pemenang Falcon Script Hunt 2020

By Menda Clara Florencia, Senin, 30 November 2020 | 19:32 WIB

Falcon Pictures schript hunt menjaring 7 penulis terbaik.

Laporan Wartawan Grid.ID, Menda Clara Florencia

Grid.ID - Rumah produksi Falcon Picture sudah mengantongi tujuh nama pemenang penulis skenario film dalam ajang Falcon Script Hunt 2020.

Ada tujuh sutradara yang ditunjuk sebagai juri, di antaranya ada Anggi Umbara, Rako Prijanto, Herwin Novianto, Ifa Isfansyah, Fajar Bustomi, Indra Kobutz, dan Danial Rifki.

Dari 1600 naskah yang masuk dan melawti proses seleksi, akhirnya mereka memiliki masing-masing satu orang jagoan. Nanti rencananya, naskah tersebut akan diangkat ke dalam sebuah film.

Baca Juga: Bikin Netizen Seantero Negeri Bersimpati Usai Dilengserkan dari Jabatan Dirut TVRI, Helmy Yahya Ternyata Punya Kekayaan Melimpah hingga Menembus Rp 27 Miliar Selama Menjadi Raja Kuis

Ada tujuh pemenang yang resmi diumumkan hari ini oleh Falcon Picture melalui konferensi pers virtual.

Sutradara Rako Prijanto memilih naskah dengan judul Catatan Harian Para Pembohong karya Buaya Dayat.

Rako memilih naskah tersebut dengan alasan premis dalam naskah itu nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Juga: Ditanya Kai Tentang Pengalaman Debut Solo, Baekhyun EXO Malah Berikan Jawaban yang Bikin Ngakak: Wajahku Bengkak

"Karena secara tulisan matang dan jelas, saya engga mau egois, jelas penokohannya, karakter mau apa, related sama kehidupan, gak mau bocorin premis takut spoiler," kata Rako Prijanto, Senin (30/11/2020).

Sutradara Anggy Umbara memilih judul naskah Balada Kekasih Gila karya Han Gagas.

Anggy tertarik dengan karya Han Gagas lantaran dia melihat ada sesuatu yang unik yaitu cinta dari kaum marginal.Baca Juga: Mendadak Ditodong Bernyanyi di Konser Anak Bontotnya, Maia Estianty Diprotes Netizen karena Enggan Akui Dirinya sebagai Penyanyi: Mbak Maia kan Penyanyi!

"Karena cinta sesorang yang memarginalisasi, orang gila, membunuh orang, tragedi.”

“Sementara yang perempuan melewati kisah, dia ketemu di tepian kota sebagai sampah masyarakat.”

“Mereka tinggal di kuburan, pinggiran kota, aku seneng dia bisa membuka hal yang baru," jelas Anggy Umbara.

Selanjutnya ada karya Revin Palung yang berjudul The Murderer.

Sutradara Ifa Isfansyah menjagokan Revin Palung tertarik dengan premis yang disajikan.

Ifa melihat konflik dalam karya Revin memiliki perspektif yang unik.

Baca Juga: Mendadak Ditodong Bernyanyi di Konser Anak Bontotnya, Maia Estianty Diprotes Netizen karena Enggan Akui Dirinya sebagai Penyanyi: Mbak Maia kan Penyanyi!

Suatu persoalan orang dewasa namun Revin mampu mengemas dari sudut pandang anak-anak yang lebih ringan.

Sehingga tulisan ini layak dijadikan sebuah film bergenre drama keluarga.

"Saya suka cerita bukan film anak-anak, bukan cerita untuk anak-anak, dilihat dari perspektif anak.”

Baca Juga: Yuk Nonton! Teater Musikal Anugerah Terindah Kolaborasi Indah dari Titimangsa Foundation dan Mola TV

“Kejadian sangat serius tapi jadi naif, ada lucunya," kata Ifa Isfansyah.

Karya pilihan sutradara Fajar Bustomi jatuh kepada judul Jangan Ambil Surgaku karya Ari Keling.

Fajar melihat karta Ari layak untuk dijadikan sebuah film nantinya.

Baca Juga: 5 Tips Sebelum Pesta Barbeque Agar Lezat dan Nyaman, Apa Saja?

Dia memilih Jangan Ambil Surgaku lantaran ingin memberikan apresiasi kepada para ibu.

"ini certia 3 anak yang berusaha meraih ibunya, mau tinggal dengannya, menghormati ibunya. Pas baca sinopsis ini, satu hal yang saya cari," kata Fajar Bustami.

Selanjutnya sutradara Danial Rifki memilih karya Gusty Ayu Puspagathy dengan karya yang bertajuk Kattok Mencari Dalang.

Danial tertarik dengan cerita Kattok atau boneka khas Bondowoso, Jawa Timur.

Baca Juga: 5 Tips Sebelum Pesta Barbeque Agar Lezat dan Nyaman, Apa Saja?

Membaca naskah Gusty, dia bisa membayangkan relasi masyarakat yang unik, apalagi dia belum pernah menginjakkan kaki di Bondowoso.

"Yang menarik adalah, latar di Bodowoso, saya sudah kebayang masyarakat yang unik, mix Jawa dan Madura, ingin mendengarkan logat dan masalah keluarganya," urai dia.

Selanjutnya, ada karya yang berjudul Pelangi Tanpa Warna karya Mahfrizha Kifani yang dijagokan oleh sutradara Indra Kobutz.

Baca Juga: Bikin Syok Gegara Tiba-tiba Bahas Sosok Pelakor dalam Rumah Tangganya, Okie Agustina Kini Sesumbar Unjuk Kemesraan Bareng Suami di Tengah-tengah Lapangan Sembari Lesehan: Seneng Kalau Aa Jauh dari Pelakor

Indra langsung melirik Pelangi Tanpa Warna karena pengalaman pribadinya.

"Sebuah novel drama kebetulan saya pernah alami, begitu orang yang kita cintai kena penyakit dan bisa mengubah situasi keluarga, yang tadinya harmonis dia kena alzheimer lupa segalanya," ulasnya.

Terakhir dari sutradara Herwin Novianto, dia memilih karya  Kapan Pindah Rumah (KPR) karya Annisa Diandari Putri.

Baca Juga: Aksi Jenita Janet di Atas Ranjang Bikin Suaminya Melongo, Nikita Mirzani Ikut Kaget: Fantasinya Liar Juga

"Menarik begitu dekat dengan kita, sederhana tapi punya makna yang bagus," tutupnya. (*)