Adanya data yang mendukung bahwa pesawat masih berfungsi di atas 250 kaki, menjadi landasan KNKT untuk mengambil kesimpulan.
"Terekamnya data sampai dengan 250 kaki, mengindikasikan bahwa sistem pesawat masih berfungsi dan mampu mengirim data," tulis keterangan pers yang dibagikan KNKT dikutip Grid.ID, Selasa (12/1/2021).
"Dari data ini kami menduga mesin masih dalam kondisi hidup sebelum pesawat membentur air," tambah keterangan tertulis.
Sebelumnya, Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan, pesawat diperkirakan jatuh dalam keadaan utuh dan tidak meledak di udara.
"Iya (pesawat hancur karena benturan di air), bukan karena ledakan di udara," kata Soerjanto saat dihubungi Kompas TV, Minggu (10/1/2021) malam.
Soerjanto mengungkapkan, serpihan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 ditemukan dalam keadaan normal.
Artinya, tidak ada indikasi kehancuran akibat ledakan di udara.
"Serpihan-serpihan yang ditemukan itu masih tidak ada indikasi-indikasi sesuatu yang tidak normal, semuanya masih normal saja."
"Tidak ada hal yang mencurigakan, tidak ada kerusakan, ya memang hancur, tapi hancurnya natural karena benturan ke air," ujar Soerjanto.
Meskipun begitu, KNKT baru bisa menyimpulkan penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 setelah menemukan black box.