Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Keluarga Isa Bajaj baru saja mendapatkan perlakuan yang tak senonoh.
Pasalnya, sang istri, Rahayu Mutiara menjadi korban pelecehan seksual.
Seperti diwartakan Kompas.com, Rahayu menjadi korban tindakan pelecehan seksual di kediamannya, di kawasan Kompleks Abadi, Duren Sawit, Minggu (17/1/2021) lalu saat olahraga pagi.
Baca Juga: Rekaman CCTV Buram, Polisi Kesulitan Identifikasi Pelaku Pelecehan Seksual atas Istri Isa Bajaj
Rahayu dan suaminya tengah mengumpulkan bukti tangkapan kamera pengintai (CCTV) terduga pelaku eksibisionis saat melakukan aksinya.
Hal itu dilakukan untuk mempermudah polisi melacak terduga pelaku eksibisionis.
Ia berharap polisi bisa menangkap terduga pelaku eksibisionis tersebut.
Hal ini karena ia khawatir jika pelaku eksibisionis dibiarkan berkeliaran akan mengincar korban lebih banyak lagi, termasuk anak kecil.
Baca Juga: Polisi Sudah Gelar Olah TKP Terkait Kasus Pelecehan Seksual yang Dialami Istri Isa Bajaj
Mengutip laman Medicine.net, adapun eksibisionisme dicirikan oleh fantasi, dorongan, atau perilaku yang intens dan membangkitkan seksual yang memamerkan alat kelamin kepada orang asing yang tidak menaruh curiga.
Individu dengan masalah ini, kadang-kadang disebut "flasher", merasa perlu untuk mengejutkan atau membuat korbannya terkesan.
Kondisi ini biasanya terbatas pada eksposur saja, tanpa hal lainnya.
Kontak seksual yang sebenarnya dengan korban jarang terjadi.
Namun, orang tersebut mungkin bermasturbasi sambil mengekspos dirinya sendiri atau sambil berfantasi.
Dilansir Grid.ID dari laman Psychologytoday.com, ada beberapa tipe gangguan eksibisionistik.
Misalnya, preferensi dapat menunjukkan alat kelamin kepada anak-anak pra remaja, dewasa, atau keduanya.
Prevalensi gangguan eksibisionistik tidak diketahui, tetapi diperkirakan memengaruhi sekitar 2-4 persen populasi pria.
Kondisi ini lebih jarang terjadi pada wanita, meskipun perkiraan prevalensinya tidak diketahui.
Gejala
Diagnosis gangguan eksibisionistik dapat dilakukan jika ada kriteria berikut:
- Selama periode setidaknya enam bulan, seseorang memiliki fantasi, perilaku, atau dorongan seksual yang berulang dan intens, serta memamerkan alat kelamin kepada orang yang tidak menaruh curiga.
- Orang tersebut bertindak atas dorongan seksual dengan orang yang tidak setuju, atau fantasi tersebut menyebabkan tekanan interpersonal nyata di dalam kehidupan sehari-hari.
Penyebab
Faktor risiko gangguan eksibisionistik pada pria termasuk gangguan kepribadian antisosial, penyalahgunaan alkohol, dan minat pada pedofilia.
Faktor lain yang mungkin berkaitan dengan eksibisionisme termasuk pelecehan seksual dan emosional selama masa kanak-kanak, serta perilaku seksual di masa kanak-kanak.
Bahkan, beberapa eksibisionis terus melakukan kejahatan seksual seperti pemerkosaan.
Baca Juga: Istri Isa Bajaj dapat Pelecehan Seksual, Pelaku Perlihatkan Alat Kelamin di Muka Umum
Timbulnya kondisi ini biasanya terjadi pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa.
Mirip dengan preferensi seksual lainnya, eksibisionistik dapat berkurang seiring bertambahnya usia.
Kebanyakan orang dengan gangguan eksibisionistik tidak mencari pengobatan sendiri dan tidak menerima pengobatan, sampai mereka tertangkap dan diwajibkan oleh pihak berwenang.
Perawatan untuk eksibisionisme biasanya mencakup psikoterapi dan pengobatan.
(*)