Laporan Wartawan Grid.ID, Devi AgustianaGrid.ID – Cendol dan dawet merupakan minuman popular di Indonesia.Rasanya yang gurih dan segar, memang sangat pas dinikmati setiap saat.Minuman ini sama-sama terbuat dari campuran santan, gula merah, dan tepung yang sudah diolah menjadi seperti butiran hijau yang kenyal.
Baca Juga: Rahasia Menghilangkan Rasa Pahit Daun Pepaya, Kuncinya Ada di Teknik MerebusNamun ternyata, cendol dan dawet itu berbeda loh.Mungkin kamu jarang menyadarinya, akan tetapi es cendol dan dawet memang serupa tapi tak sama.Berikut ini akan kita bahas bahas satu persatu.Seperti diwartakan Bobo.ID, sejarawan kuliner, Fadly Rahman, menuturkan bahwa baik cendol maupun dawet mempunyai sejarah sama, hanya penyebarannya berbeda.
Baca Juga: Warteg Bahari Go Internasional Buka Cabang di Korea Selatan, Ini Menu Andalannya!Cendol dekat dengan masyarakat Jawa Barat di kuliner Sunda.Sementara dawet merupakan sebutan di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Bentuk cendol dan dawet pun sama. Hanya saja, bahan pembuat yang berbeda.Bahan untuk membuat dawet dibuat dari tepung beras. Sementara cendol dari tepung kacang hijau atau hunkwe, meskipun di beberapa resep, cendol kerap dibuat dengan tepung beras pula.
Baca Juga: Mulai Sekarang Praktik Masak Nasi Pakai Air Panas, Ternyata Punya Manfaat Lebih daripada Air Biasa!Untuk dawet sendiri ada berbagai macam.Di antaranya adalah dawet ayu dari Banjarnegara, dawet ayu rumput laut dari Kediri, dan dawet jepara dari Jepara.Lebih lanjut, dikutip Grid.ID dari Kompas.com, minuman ini juga dikenal produk pedesaan agraris.Hal ini karena bahan pembuatannya.
Baca Juga: Garis Hitam di Punggung Udang Harus Dibersihkan atau Tidak? Ini Penjelasan Ahli"Budidaya padi dalam ekologi sawah Indonesia sangat mendukung lahirnya cendol. Wajar jika ia tumbuh subur di lingkungan pedesaan. Dilihat sebagai produk sejarah kebudayaan, cendol menjadi pencapaian penting manusia Indonesia di dapur karena bahan beras yang mudah disediakan tak perlu impor, bisa mandiri menyediakan sendiri," kata Dosen Prodi Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Heri Priyatmoko, Selasa (3/10/2017).Oleh karena itu, kedua minuman ini memiliki kemungkinan menyebar di daerah Asia Tenggara karena ekologi persawahan yang mirip dengan di Indonesia.
(*)