Find Us On Social Media :

Jangan Sepelekan Lagi! Sering Lupa Bisa Jadi Pertanda Penyakit Serius Ini

By Ragillita Desyaningrum, Minggu, 31 Januari 2021 | 14:00 WIB

Sering lupa bisa menjadi pertanda adanya kerusakan pada memori jangka pendek yang juga dikaitkan dengan berbagai penyakit serius salah satunya demensia Alzheimer.

Laporan Wartawan Grid.ID, Ragillita DesyaningrumGrid.IDLupa memang hal yang lumrah terjadi pada semua orang, baik tua maupun muda, pria maupun wanita.Ketika lupa, seseorang memiliki gangguan pada memori jangka pendek yang berfungsi menyimpan sejumlah informasi kecil yang baru saja diambil.Mengutip Kompas.com, ciri-ciri orang yang memiliki gangguan memori jangka pendek antara lain:- Sering menanyakan pertanyaan yang sama berulang kali- Sering lupa di mana meletakan sesuatu- Sering melupakan sesuatu yang baru dilihat, didengar, atau dilakukan.

Baca Juga: Mengenal Demensia yang Diderita Aktor Sean Connery Sebelum Meninggal Dunia, Ternyata Ada 6 Cara Mudah MencegahnyaPenyebab memori jangka pendek yang tidak berfungsi secara optimal pun beragam, di antaranya:- Penuaan- Demensia- Tumor otak- Penggumpalan darah atau pendarahan di otak- Cedera kepala- Gangguan kesehatan mental, seperti depresi atau kecemasan- Gangguan penggunaan narkoba- Tekanan emosional- Penyakit atau kondisi yang merusak jaringan otak, seperti penyakit Parkinson atau penyakit Huntington- Kurang vitamin atau mineral tertentu- Kurang tidur- Konsumsi obat-obatan tertentu, termasuk statin, obat cemas, dan obat anti kejang- Gangguan stres pasca-trauma (PTSD)

Baca Juga: Terbongkar! Cuma Rutin Konsumsi 5 Makanan Ini, Dijamin Nggak Akan Alami Pikun Usia Muda, di Antaranya TelurMeski sering lupa dianggap lumrah, hal ini tidak boleh disepelekan, apalagi jika sering sekali terjadi.Seperti yang diwartakan oleh Kompas.com, sering lupa bisa jadi pertanda serius adanya masalah kesehatan seperti demensia, cedera otak, atau gangguan kesehatan mental.

Meskipun demensia adalah penyakit yang lebih umum dialami oleh orang lanjut usia, namun bukan berarti hal ini tidak dapat dialami oleh orang muda.Dikutip dari Tribunnews.com, demensia adalah sindrom gangguan penurunan fungsi otak yang mempengaruhi fungsi kognitif, emosi, dan perilaku aktivitas sehari-hari.Saat ini, di dunia, lebih dari 50 juta orang mengalami demensia dan demensia Alzheimer adalah jenis demensia terbanyak yaitu sekitar 60-70 persen.

Baca Juga: Migrain Bisa Sebabkan Demensia hingga Alzheimer, Wanita Lebih Rentan dan Beresiko!"Alzheimer atau pikun seringkali dianggap biasa dialami oleh lansia sehingga Demensia Alzheimer seringkali tidak terdeteksi, padahal gejalanya dapat dialami sejak usia muda (early on-set demensia)," kata Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) PERDOSSI, DR. dr. Dodik Tugasworo P, SpS(K) seperti yang dikutip dari Tribunnews.com.Hal ini juga didukung oleh sebuah penelitian yang diterbitkan JAMA Neurology pada tahun 2018 yang menemukan bahwa remaja yang siklus tidurnya terganggu sebenarnya memiliki protein dari zat amyloid plaque di dalam otak yang dapat menandai awal munculnya bibit alzheimer.Melansir dari Kompas.com, kerusakan dalam otak yang dapat menyebabkan kepikunan sudah dimulai sejak usia 15 hingga 20 tahun, sebelum gejala penyakit alzheimer itu jelas.Di Indonesia, organisasi Alzheimer's Indonesia bahkan mendapat laporan adanya orang yang diduga menderita alzheimer termuda, yaitu usia 22 tahun.

Baca Juga: Mendorong Sistem Kekebalan Tubuh Sampai Meningkatkan Kesehatan Jantung, Inilah 6 Manfaat Bawang Putih yang Perlu Kamu Ketahui"Dalam tiga tahun terakhir masyarakat mulai sadar bahwa gejala-gejala alzheimer bisa tampak sewaktu usia muda. Bahkan kami mendapatkan laporan bahwa alzheimer telah menyerang anak muda berusia 22 tahun di Jawa Barat," ujar Executive Director Alzheimer’s Indonesia, DY Suharya seperti yang diberitakan Kompas.com.Untuk itu, langkah pencegahan diperlukan untuk menghindari Alzheimer atau pikun di usia muda dengan menerapkan pola hidup sehat termasuk aktif berolahraga dan mengonsumsi makanan sehat.

(*)