Saat ini, tentara berada di jalan-jalan ibu kota, Nay Pyi Taw, dan kota utama, Yangon.
Myanmar, juga dikenal sebagai Burma, diperintah oleh angkatan bersenjata hingga 2011, ketika reformasi demokrasi yang dipelopori oleh Aung Sann Suu Kyi mengakhiri kekuasaan militer.
Melihat kudeta yang terjadi di Myanmar, duni rupanya mengutuk aksi tersebut.
Amerika Serikat mengutuk kudeta tersebut, dengan mengatakan Washington "menentang setiap upaya untuk mengubah hasil pemilu baru-baru ini atau menghalangi transisi demokrasi Myanmar".
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken menyerukan pembebasan semua pejabat pemerintah dan pemimpin masyarakat sipil dan mengatakan bahwa AS mendukung rakyat Burma dalam aspirasi mereka untuk demokrasi, kebebasan, perdamaian, dan pembangunan.
"Militer harus segera membatalkan tindakan ini," imbuhnya.
Tak hanya Amerika, Inggris pun turut serta mengecam kudeta militer tersebut.
Di Inggris, Perdana Menteri Boris Johnson mengutuk kudeta dan pemenjaraan yang melanggar hukum Aung San Suu Kyi.