Find Us On Social Media :

Kudeta Militer di Myanmar, Menlu Amerika dan Perdana Menteri Inggris Kecam Tindakan Panglima Tertinggi: Suara Rakyat Harus Dihormati

By Silmi Nur Aziza, Senin, 1 Februari 2021 | 16:16 WIB

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson kecam kudeta militer Myanmar

Saat ini, tentara berada di jalan-jalan ibu kota, Nay Pyi Taw, dan kota utama, Yangon.

Myanmar, juga dikenal sebagai Burma, diperintah oleh angkatan bersenjata hingga 2011, ketika reformasi demokrasi yang dipelopori oleh Aung Sann Suu Kyi mengakhiri kekuasaan militer.

Melihat kudeta yang terjadi di Myanmar, duni rupanya mengutuk aksi tersebut.

Amerika Serikat mengutuk kudeta tersebut, dengan mengatakan Washington "menentang setiap upaya untuk mengubah hasil pemilu baru-baru ini atau menghalangi transisi demokrasi Myanmar".

Baca Juga: Terkurung di Tengah Pandemi Covid-19? Ikuti Tips Berharga Mantan Aktivis Asal Myanmar yang Pernah di Penjara Selama 8 Tahun, Agar Tetap Waras di Rumah

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken menyerukan pembebasan semua pejabat pemerintah dan pemimpin masyarakat sipil dan mengatakan bahwa AS mendukung rakyat Burma dalam aspirasi mereka untuk demokrasi, kebebasan, perdamaian, dan pembangunan.

"Militer harus segera membatalkan tindakan ini," imbuhnya.

Tak hanya Amerika, Inggris pun turut serta mengecam kudeta militer tersebut.

Di Inggris, Perdana Menteri Boris Johnson mengutuk kudeta dan pemenjaraan yang melanggar hukum Aung San Suu Kyi.

Baca Juga: Resmi Selesaikan Wamil, D.O EXO Obati Rasa Rindu Penggemar dengan Merilis Video Klip Lagu That's Okay