Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Penelitian selama puluhan tahun menunjukkan bahwa depresi, stres, kesepian, dan perilaku kesehatan yang buruk dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan efektivitas vaksin tertentu.
Sebuah laporan baru menunjukkan bahwa hal yang sama mungkin berlaku untuk vaksin Covid-19 yang sedang dalam pengembangan dan tahap awal distribusi global.
Dilansir Grid.ID dari Times of India, laporan tersebut diterbitkan dalam Perspectives on Psychological Science.
Vaksin adalah salah satu kemajuan teraman dan paling efektif dalam sejarah medis, melindungi masyarakat dari berbagai penyakit, termasuk cacar dan polio.
Meskipun pengujian yang ketat telah menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 yang disetujui untuk didistribusikan di Amerika Serikat sangat efektif menghasilkan kekebalan kuat, tapi tidak semua orang akan segera mendapatkan manfaat sepenuhnya.
Faktor lingkungan, genetika, serta kesehatan fisik dan mental, dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga memperlambat respons terhadap vaksin.
Hal ini sangat meresahkan sebab Covid-19 semakin menyebar.
Kemudian, memicu krisis kesehatan mental karena orang-orang harus isolasi, tekanan ekonomi, hingga ketidakpastian tentang masa depan.
Tantangan ini adalah faktor sama yang sebelumnya telah terbukti melemahkan kemanjuran vaksin, terutama di kalangan lansia.
Baca Juga: Ahli Turki: Pasien Kanker Bisa Jadi Penerima Vaksin Covid-19
"Selain dampak fisik Covid-19, pandemi memiliki komponen kesehatan mental yang sama-sama mengganggu, menyebabkan kecemasan dan depresi, di antara banyak masalah terkait lainnya.”
“Stres emosional seperti ini dapat memengaruhi sistem kekebalan seseorang, mengganggu kemampuan mereka untuk menangkal infeksi," kata Annelise Madison, seorang peneliti di The Ohio State University dan penulis utama penelitian tersebut.
"Studi baru kami menyoroti kemanjuran vaksin dan bagaimana perilaku kesehatan dan stres emosional dapat mengubah kemampuan tubuh untuk mengembangkan respons kekebalan.”
“Masalahnya adalah bahwa pandemi itu sendiri dapat memperkuat faktor risiko ini," lanjutnya.
Dalam beberapa jam setelah vaksinasi, terdapat respons imun bawaan dan umum pada tingkat sel saat tubuh mulai mengenali ancaman biologis.
Respon oleh sistem kekebalan dibantu oleh produksi antibodi, yang menargetkan patogen tertentu.
Ini adalah produksi antibodi berkelanjutan yang membantu tentukan seberapa efektif vaksin dalam memberikan perlindungan jangka panjang.
"Dalam penelitian kami, kami sangat fokus pada respons antibodi, meskipun itu hanya salah satu aspek dari respons sistem kekebalan adaptif," kata Janice Kiecolt-Glaser, direktur Institute for Behavioral Medicine Research di The Ohio State University.
Kabar baiknya, menurut para peneliti, vaksin Covid-19 yang sudah beredar sekitar 95% efektif.
Meski begitu, faktor psikologis dan perilaku ini dapat memperpanjang waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan kekebalan dan memperpendek durasi kekebalan.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, salah satu strategi yang disarankan para peneliti adalah melakukan olahraga berat dan tidur nyenyak dalam 24 jam sebelum vaksinasi, sehingga sistem kekebalan bekerja maksimal.
Ini dapat membantu memastikan respon imun terbaik dan terkuat bisa terjadi secepat mungkin.
"Oleh karena itu, sekarang adalah waktu untuk mengidentifikasi mereka yang berisiko terhadap tanggapan kekebalan yang buruk dan mengintervensi faktor risiko ini,” tutup Madison.
(*)