Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Beberapa hari ini kita dikejutkan dengan berita seorang istri yang membakar suami di kawasan Kelurahan Serua Indah, Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan pada Kamis (4/2/2021).
Mengutip laman Kompas.com, KR mengakui telah membakar suaminya sendiri.
Dia melakukan aksi keji tersebut karena alasan kesal dengan sikap korban.
Faktor masalah ekonomi di tengah pandemi Covid-19 juga menjadi satu penyebab KR kesal dan sering bertengkar dengan Samsudin.
Baca Juga: Bantah Ada KDRT, Aliff Alli Siap Pakai Hak Jawab
Kepada polisi, KR mengaku bahwa pertengkarannya dengan Samsudin sering kali berujung pada kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Kemudian, penyanyi Nindy Ayunda juga menggugat cerai suami lantaran KDRT
Mengutip laman Tribunnews.com, satu alasan Nindy tetap menggugat cerai suaminya itu karena telah mengalami KDRT.
Masalah KDRT memang bisa membuat sebuah hubungan berakhir bencana, mulai dari perceraian hingga kehilangan nyawa.
Ada beragam alasan pria melakukan KDRT.
Dirangkum Grid.ID dari Situs Better Health Channel via Kompas.com, para peneliti mendapati bahwa pria yang melakukan KDRT sering kali mengalami hal-hal:
1. Menggunakan kekerasan fisik dan emosional untuk mengontrol keluarganya.
Memberi label "buruk", "sundal", "bodoh", dan sebagainya kepada istri atau anak-anak sudah merupakan bentuk kekerasan emosional.
2. Meyakini bahwa mereka memiliki hak untuk berperilaku dengan cara apa pun yang mereka pilih ketika sedang berada di rumahnya.
3. Berpikir bahwa pria sejati harus tangguh, kuat, dan menjadi kepala rumah tangga.
Oleh karena itu, mereka juga meyakini bahwa merekalah yang harus mengambil semua keputusan, termasuk berapa jumlah uang yang boleh dibelanjakan.
4. Percaya bahwa pria berhak menuntut hubungan seks dari pasangannya.
5. Mereka tidak bertanggung jawab atas perbuatannya dan menganggap bahwa istri atau lingkunganlah yang memprovokasinya.
6. Membuat alasan mengenai kekerasan yang dilakukannya, seperti menyalahkan alkohol atau stres karena pekerjaan.
7. Mengaku kehilangan kontrol ketika sedang marah kepada keluarganya, tetapi mampu mengontrol kemarahannya ketika berada di antara orang lain.
Mereka cenderung tidak menggunakan kekerasan dalam situasi lain, misalnya ketika sedang bersama teman-teman, atasan, atau rekan kerjanya.
8. Mencoba menyalahkan orang lain bila terjadi pembenaran atau penyangkalan kekerasan yang mereka lakukan atau pengaruh kekerasan tersebut terhadap wanita dan anak-anak.
Baca Juga: Belajar dari Kasus KDRT Nindy Ayunda, Ini Dampaknya KDRT pada Anak
Ketika ini yang terjadi, yang ada bukanlah cinta antara pasangan, melainkan konsep bahwa perempuan adalah makhluk yang lebih rendah.
Perempuan menjadi objek yang harus dimiliki dan dikuasai.
Oleh karena itu, kebutuhan emosionalnya yang lain tak layak diberikan.
(*)