Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Salah satu penyanyi di Tanah Air, Ari Lasso, sempat terjangkit Covid-19.
Setelah 15 hari menjalani perawatan, akhirnya Ari Lasso bisa terlepas dari virus tersebut.
Akan tetapi, Ari Lasso juga sempat mengalami delirium.
Mengutip laman Kompas.com, pada hari pertama kesembuhannya, pria berusia 48 tahun ini sempat mengalami delirium alias gangguan kesadaran atau kebingungan parah.
"Hanya ada satu hal yang perlu kita ingatkan kepada teman-teman yang punya pengalaman sama dengan kita, jangan khawatir kalau satu hari sampai lima hari pertama mengalami halu delirium," kata Ari Lasso dalam kanal YouTube-nya.
Baca Juga: Ari Lasso Akui Positif Covid-19 Setelah Tiga Pekan Hilang dari Panggung Indonesian Idol
Mantan vokalis band Dewa 19 itu menceritakan gangguan kesadaran yang menurut dia cukup parah. Ia mengalaminya ketika tidur.
"Bingung membedakan antara tadi itu tidur, mimpi, atau enggak, atau leyeh-leyeh. Dan dimensi jamnya ubah-ubah. Seperti waktu hari pertama pulang ke rumah, aku negatif itu, aku sepanjang malam mimpi yang horor, mimpi yang sangat mengerikan," tutur Ari Lasso.
Karena merasa takut, akhirnya Ari Lasso berdoa agar mimpi itu tidak datang lagi.
"Sampai aku sama Tuhan bilang 'Tuhan, jangan mimpi kayak gini dong. Aku ketakutan'. Itu dua hari berturut-turut. Jadi dari bawah kasurku, kayak keluar makhluk-makhluk enggak jelas. dan itu terbawa ke hari siangnya," ujar Ari Lasso.
Setelah akhirnya bertanya dengan teman-teman yang sempat positif Covid-19, ia mendapatkan cerita yang akhirnya membuat hatinya tenang karena mengalami hal serupa saat terjangkit Covid-19.
Dilasir Grid.ID dari laman GridHealth.id, Harvard Health menjelaskan bahwa delirium merupakan kondisi seseorang alami kebingungan yang parah dan berkurangnya kesadaran terhadap lingkungan sekitar.
Bahkan, penurunan kesadaran yang terjadi bersifat akut dan fluktuatif atau tidak tetap.
Sementara itu, dilansir dari EurekAlert, hubungan delirium dengan Covid-19 ini juga diungkap.
Hasil tinjauan penelitian ilmiah para peneliti dari Universitat Oberta de Catalunya (UOC), Spanyol.
Studi yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Immunology and Immunotherapy itu menunjukan, bahwa delirium bisa dialami pasien Covid-19 bersamaan dengan hilangnya indra perasa dan penciuman, serta sakit kepala yang terjadi pada hari-hari sebelum batuk dan kesulitan bernapas.
"Kita perlu waspada, terutama dalam situasi epidemiologi seperti ini, karena seseorang yang menunjukkan tanda-tanda kebingungan mungkin merupakan indikasi infeksi (virus corona)," ujar peneliti UOC Javier Correa.
Menurutnya, delirium adalah keadaan kebingungan di mana orang tersebut merasa tidak berhubungan dengan kenyataan, seolah-olah mereka sedang bermimpi.
Hipotesis utama yang menjelaskan bagaimana virus corona memengaruhi otak menunjukkan pada tiga kemungkinan penyebab, yakni:
- Hipoksia atau defisiensi oksigen saraf
- Radang jaringan otak akibat badai sitokin
- Fakta bahwa virus memiliki kemampuan melintasi darah penghalang otak untuk langsung menyerang otak
Menurut Correa, salah satu dari tiga faktor ini berpotensi menyebabkan delirium.
Hal ini kemungkinan besar merupakan hasil dari peradangan sistemik organ dan keadaan hipoksia, yang juga menyebabkan jaringan saraf menjadi meradang.
(*)