Laporan Wartawan Grid.ID, Ragillita DesyaningrumGrid.ID – Kita semua setuju bahwa teknologi memudahkan segala hal, termasuk kemudahan dalam mendapatkan hiburan.Banyaknya perusahaan yang menyediakan layanan streaming film dan serial TV pun kita pilih untuk mengisi waktu kita di kala pandemi.Di Indonesia sendiri, serial luar negeri seperti Amerika, Inggris, Korea Selatan, China bahkan Thailand sangat populer.Seperti yang terjadi di awal tahun 2020, di mana serial drama asal Korea Selatan, ‘Crash Landing On You’ dan ‘Itaewon Class’ sangat viral di Indonesia.
Baca Juga: Rhoma Irama Minta Ridho Rhoma Direhabilitasi, Begini Tahapan Rehabilitasi Bagi Pecandu NarkobaParahnya lagi, di akhir tahun 2020, netizen Indonesia bahkan sampai terpecah menjadi dua kubu berkat kepopuleran serial drama Korea Selatan berjudul ‘Start Up’.Fenomena ini akhirnya menjadi sangat menarik, sebab sebuah film atau serial drama dapat begitu membekas dan mempengaruhi penontonnya.Tidak jarang jika kita ikut terbawa suasana; menangis ketika adegan sedih, tertawa ketika adegan bahagia.Tapi, tahukah kamu bahwa ada istilah terapi film di mana menonton film dijadikan terapi untuk mengatasi gangguan pada kesehatan mental?
Baca Juga: Britney Spears Curhat Ingin Jadi Orang Normal, Simak Cara Atasi Depresi Seperti yang Dialami Sang PenyanyiMelansir dari Web MD, seorang professor di bidang psikologi di Community College of Southern Nevada, Gary Solomon, terapi film dapat berdampak positif pada kebanyak orang, kecuali mereka yang menderita skizofrenia.
"Terapi film adalah sesuatu yang dilakukan sendiri. Namun ini bukan berarti terapi satu lawan satu adalah hal yang buruk. Terapi film adalah salah satu kesempatan untuk melakukan intervensi pada diri sendiri," ujar Solomon.
Menurut Solomon, ide untuk melakukan terapi film adalah dengan memilih film atau serial televisi yang mencerminkan masalah atau situasi seseorang saat itu.Solomon juga memaparkan bahwa saat menonton film atau serial televisi sendiri di rumah, seseorang bisa sangat terbawa dan tenggelam dalam cerita, menjadi satu dengan tokoh, hingga memperoleh pesan yang terselip dalam cerita.Tentunya ini bisa membantu proses terapi untuk perkembangan diri ke arah yang positif.
Baca Juga: Tips Makan Sehat untuk Pekerja Shift Malam, Disertai Menu dan Jadwal NgemilBahkan, film dengan genre horror pun ternyata bermanfaat untuk kesehatan otak karena memicu pelepasan adrenalin yang punya efek mirip dengan anestesi dari obat.Seperti yang dilansir dari Hellosehat.com via Kompas.com, menonton film memungkinkan otak untuk melepaskan hormon dopamin dan serotonin.Hormon dopamine dan serotonin sendiri adalah hormon bahagia yang membantu kita mengatur suasana hati dan berefek pada sensasi yang menyenangkan.Meski demikian, terapis film sekaligus penulis The Cinema Therapy Workbook: A Self-Help Guide to Using Movies for Healing and Growth, Birgit Wolz, PhD, mengaku bahwa ia lebih suka menggunakan film sebagai terapi untuk membantu orang lain belajar tentang dirinya sendiri.
Baca Juga: Mengenal Gendang Telinga Bolong yang Sempat Dialami Aura Kasih sampai Lakukan Operasi, Hal Sepele ini PenyebabnyaHal ini dilakukan dengan cara yang lebih dalam berdasarkan cara mereka menanggapi karakter dan adegan yang berbeda pada film.Biasanya Wolz akan bertanya mengenai situasi pribadi pasiennya untuk mengetahui di mana mereka berada dalam hidup mereka.Kemudian Wolz akan merekomendasikan film yang mungkin ‘berbicara’ kepada mereka pada tingkatan tertentu.Bahkan, pada pasien depresi, sebuah film yang membantu mereka menangis dapat membuka berbagai tingkatan jiwa mereka.
(*)