Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Beberapa menit tertidur dengan tenang, lalu kamu terbangun tengah malam.
Hal itu tidak sedikit dialami oleh kita, kan?
Terbangun di malam hari bukanlah hal yang aneh, dilansir Grid.ID dari laman Self.com, sebuah penelitian terhadap 8.937 orang di Sleep Medicine memperkirakan bahwa sekitar sepertiga orang dewasa Amerika terbangun di malam hari setidaknya tiga kali seminggu.
Bahkan, lebih dari 40 persen dari kelompok itu mungkin mengalami kesulitan tidur sekali lagi.
Baca Juga: 9 Bahaya Kalau Kamu Kurang Tidur, Depresi Samapi Hilang Gairah Seksual
Sebenarnya, apa yang menyebabkan kita terbangun tengah malam?
Bagaimana mengatasinya?
Berikut ini 8 alasan umum kamu kerap terbangun tengah malam.
1. Kamar terlalu panas, dingin, berisik, atau terang
Hal ini dijelaskan oleh Rita Aouad, M.D., seorang dokter pengobatan tidur di The Ohio State University Wexner Medical Center.
Saat tidur, tubuh melewati tahapan tidur yang berbeda, yaitu 1, 2, 3, 4, dan gerakan mata cepat (REM).
Menurut Dr. Aouad, tahap pertama dari tidur adalah yang paling ringan.
Saat itulah kamu kemungkinan besar akan terkejut bangun karena pintu terbanting atau lampu depan mobil yang lewat menerangi jendela.
Bisa juga karena beberapa faktor lain seperti ruangan yang terlalu panas atau dingin.
Baca Juga: Sering Insomnia? 3 Tanaman Ini Bisa Membuat Tidur Lebih Nyenyak
Idealnya, ruangan harus gelap, nyaman, sejuk, dan tenang saat tidur.
2. Sedang cemas
"Kecemasan benar-benar dapat membangunkan Anda di malam hari," kata Nesochi Okeke-Igbokwe, MD, seorang dokter di New York.
Faktanya, kesulitan tidur adalah salah satu gejala paling umum dari gangguan kecemasan.
Hal itu karena kamu bisa mengalami masalah yang dipicu kecemasan parah untuk terbangun, seperti detak jantung yang berdebar kencang hingga mimpi buruk.
3. Kandung kemih penuh
Nokturia adalah suatu kondisi yang secara umum dianggap penyebab terbangun untuk buang air kecil, setidaknya sekali pada malam hari.
Baca Juga: Tidur Tanpa Bantal Sebenarnya Aman Nggak Sih? Begini Kata Ahli!
Sebuah studi di International Neurourology Journal menemukan bahwa dari 856 orang, sekitar 23 persen wanita dan 29 persen pria mengalami nokturia.
4. Minum alkohol
Memang alkohol dapat membuat mudah tertidur, bahkan saat kamu di sofa sekalipun.
Tapi setiap orang memiliki memetabolisme alkohol secara berbeda, tergantung pada faktor-faktor seperti genetika, diet, dan ukuran tubuh.
Baca Juga: 7 Kebiasaan Buruk yang Bikin Tidur Nggak Nyenyak, Nomor 3 Sering Dilakukan
Alexea Gaffney Adams, M.D., seorang internis bersertifikat di Stony Brook Medicine, merekomendasikan agar orang berhenti minum setidaknya tiga jam sebelum tidur untuk memberi waktu pada tubuh mereka untuk memproses alkohol.
5. Sleep apnea
Jika merasa tersentak saat bangun dan merasa perlu mengatur napas, sleep apnea mungkin penyebabnya.
Baca Juga: Bangun Pagi Wajah Jadi Kenyal & Cerah Berkat 3 Sleeping Mask Lokal Ini
Gangguan ini memperlambat dan atau menghentikan pernapasan saat tidur.
6. Ada kelenjar tiroid yang sangat aktif
Ketika terlalu aktif (juga disebut hipertiroidisme), itu menciptakan terlalu banyak hormon tiroksin, yang dapat memiliki efek riak pada banyak sistem berbeda di tubuh.
Baca Juga: Demi Jaga Imunitas Tubuh, Inilah Waktu Terbaik Mengonsumsi Vitamin C
Gejala umum tiroid yang terlalu aktif termasuk sulit tidur, detak jantung meningkat, berkeringat (termasuk di malam hari), kecemasan, tremor, dan banyak lagi.
7. Makan tepat sebelum tidur
Salah satu alasan potensial di balik ini adalah refluks asam, yaitu ketika asam lambung naik ke tenggorokan dan menyebabkan mulas di malam hari yang menyakitkan.
8. Sindrom kaki gelisah
Sindrom kaki gelisah atau restless legs syndrome (RLS), dapat membuat ekstremitas bawah terasa seperti berdenyut, gatal, sakit, menarik, atau merangkak.
Jika menderita RLS, kamu juga akan merasakan dorongan tak terkendali untuk menggerakkan kaki.
Baca Juga: Tips Atasi Susah Tidur Malam Hari, Kamu Butuh Lakuhan Hal-hal Ini Nih!
Gejala ini paling umum terjadi pada sore dan malam hari, bahkan menjadi lebih intens selama periode tidak aktif, seperti saat tidur.
(*)