Grid.ID – Terhitung sejak Maret 2020, sudah satu tahun wabah Covid-19 melanda Indonesia. Hingga saat ini kurva penularan belum juga landai. Jumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 pun masih terus bertambah setiap harinya.
Menyikapi kondisi tersebut berbagai upaya pun dilakukan, baik oleh pemerintah, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan ahli-ahli kesehatan.
Salah satu upaya yang sempat ramai dibicarakan oleh pemerintah adalah menciptakan herd immunity atau kekebalan kelompok.
Sebagai informasi, herd immunity merupakan kondisi saat sebagian populasi di suatu area telah mengembangkan kekebalan terhadap penyakit tertentu yang tengah mewabah. Dengan demikian, penyakit tersebut jadi sulit menyebar dan menginfeksi.
Kondisi tersebut dapat tercapai meskipun tidak semua orang mampu memperoleh kekebalan terhadap infeksi penyakit tersebut. Asalkan jumlah anggota populasi yang kebal terhadap infeksi telah cukup untuk dapat menghentikan penularan penyakit tersebut, maka seluruh populasi akan terlindungi.
Jumlah anggota populasi dengan kekebalan yang dibutuhkan untuk dapat mencapai kondisi herd immunity, bergantung pada seberapa tinggi tingkat penularan penyakit tersebut di dalam populasi.
Sebagai contoh, penyakit campak dan polio. WHO menyebutkan bahwa pada kasus penyakit campak, diperlukan 95 persen dari keseluruhan anggota populasi tervaksinasi untuk membentuk kekebalan kelompok. Sementara, untuk penyakit polio hanya diperlukan 80 persen dari keseluruhan anggota populasi.
Dilansir dari NY Times, Kamis (24/12/2020), untuk mencapai herd immunity pada kasus pandemi Covid-19, para ahli memprediksi bahwa sekitar 70 persen dari populasi harus mengembangkan kekebalan terhadap virus corona.
Ada dua tipe herd immunity, yaitu herd immunity alami dan herd immunity buatan yang diciptakan melalui metode vaksinasi.
Menciptakan herd immunity buatan melalui vaksinasi dinilai menjadi solusi yang jauh lebih aman dan etis untuk dilakukan.