Laporan Wartawan Grid.ID, Mia Della Vita
Grid.ID- Aktor legendaris Ng Man Tat telah meninggal dunia pada 27 Februari silam setelah berjuang melawan kanker hati.
Ng Man Tat mengembuskan napas terakhir saat terlelap tidur. Dikelilingi keluarga tercinta, Ng Man Tat meninggal di usia 70 tahun.
Kematian Ng Man Tat pastinya meninggalkan kesedihan mendalam bagi keluarga, rekan, dan teman-temannya.
Satu di antara yang turut kehilangan sosok Ng Man Tat adalah penyanyi sekaligus aktor Alex To.
Lewat akun Facebooknya, Alex To mengenangkan kembali saat syuting bareng mendiang.
Mengutip Today Online, Selasa (2/3/2021), mereka pertama kali bekerja sama dalam drama sejarah Young People of Border Town pada 2004.
Di acara TV Tiongkok itu, mereka memerankan pejabat berpangkat rendah.
Alex mengatakan, meskipun mereka hanya bersama selama dua bulan, Man Tat meninggalkan kesan yang mendalam padanya.
"Dia tidak hanya mengajari saya apa artinya menjadi aktor yang baik. Dia juga menunjukkan kepada saya betapa heroik seniornya," tulis Alex.
Alex ingat, syuting drama itu dilakukan di sebuah studio film di Wuxi pada awal Desember dan kondisinya buruk.
Tidak hanya gaji yang kecil, mereka harus bekerja 16 jam sehari, dan enam atau tujuh orang harus berbagi kamar.
Hingga suatu malam, suhu turun menjadi -11 derajat Celcius. Banyak kru yang hanya membawa pakaian tipis.
Man Tat kemudian meminta asisten pribadinya pergi ke kota keesokan paginya untuk membeli lebih dari 20 jaket bulu angsa untuk semua orang.
"Semua orang sangat berterima kasih atas jaket tersebut. Saya tersentuh oleh tindakan Tat Gor, dan saya masih mengingatnya dengan jelas hingga hari ini," kata Alex.
Proses syuting juga tidak berjalan mudah untuk Man Tat. Pada hari pertama syuting, Man Tat ditendang unta dan paha kanannya patah.
Sang aktor harus bergantung pada kruk untuk bergerak selama sisa pengambilan gambar tetapi dia tidak pernah mengeluh.
"Dia terus bekerja meskipun mengalami cedera", kata Alex.
Dia menambahkan, terlepas dari seberapa larut syuting malam sebelumnya, Man Tat akan selalu tiba di lokasi syuting dengan segar dan siap.
"Sebelum saya bekerja dengan Tat Gor, saya mendengar dari aktor lain bahwa dia seperti 'komputer' dan tidak akan pernah membawa naskahnya ke set."
"Saya ingat bahwa setiap pagi ketika kami merias wajah, Man Tat, dengan senyuman di wajahnya, akan meminta saya untuk melafalkan baris pertama di adegan pertama."
"Jika baris dialog pertama adalah miliknya, dia akan mengatakannya kemudian meminta saya untuk melanjutkan dari sana."
"Tapi sembilan dari 10 kali, saya tidak bisa melakukannya karena saya masih setengah tertidur."
"Melihat ke belakang, saya tidak berpikir dia bercanda dengan saya, tapi memacu saya untuk mendalami karakter," kenang Alex.
Bagi Alex, mendiang Man Tat seperti seorang master yang mau mengajarkan seni bela diri kepada seorang junior yang tidak memiliki pengalaman.
Man Tat bahkan juga memberinya sebuah buku berjudul The Birth of a Character, yang mengubah seluruh pendekatannya terhadap akting.
Alex lanjut memuji etos kerja Man Tat yang kuat dan selalu bersedia membagikan keahliannya.
"Dalam drama ini, Tat Gor dan aku memiliki adegan yang paling banyak bersama. Dia selalu ada untuk menyampaikan dialognya di hadapanku."
"Sikap terhadap pekerjaan ini berguna dalam karir saya dan saya telah menerima banyak pujian ketika saya bekerja dengan sutradara dan aktor lain," kata Alex.
Alex merasa sangat dekat dengan Man Tat begitu dekat selama syuting.
Saking akrabnya, Alex sampai tidak rela meninggalkan Man Tat selepas syuting rampung.
"Saya tidak tahu apakah itu karena saya berpisah dengan pasangan yang baik ini, yang juga seorang mentor dan teman."
"Atau karena kami tidak bisa lagi merias wajah bersama setiap hari. Atau karena saya tidak yakin kapan kita bisa bertemu lagi," kata dia.
Menurut Alex, Man Tat sudah dianggap sebagai keluarganya sendiri. Karena itulah, ia merasa sangat sedih kala mendengar kabar kematian mantan rekan mainnya.
"Ketika saya mendengar berita kematian Tat Gor, sebuah pemandangan muncul di benak saya: waktu kami syuting di gurun Beijing."
"Hari itu sangat dingin. Kami syuting sepanjang pagi dan saat kami makan siang, makanan sudah dingin."
"Ketika saya membuka kotak bento, tiba-tiba ada hembusan angin, meniup pasir ke labu pahit dan nasi saya."
"Kebencian tertulis di seluruh wajah saya saat saya makan butiran pasir. Lalu aku mendengar Man Tat berkata: Alex, makan lah," ungkapnya.
(*)