Laporan Wartawan Grid.ID, Ragillita Desyaningrum
Grid.ID – Setelah harus menjalani hukuman penjara karena kasus penyalahgunaan dan kepemilikan sabu pada 17 Juli 2020, Catherine Wilson resmi dibebaskan pada 13 Februari 2021.
Melansir Kompas.com, artis berusia 40 tahun ini kemudian menceritakan pengalamannya setelah bebas dari narkoba kepada Nikita Mirzani melalui saluran Youtube Crazy Nikmir Real, Selasa (2/3/2021).
Menurut Cahterine, kehidupannya kini merasa lebih baik dan merasa lebih bahagia.
“Yang aku rasain sekarang, yang pastinya lebih sehat, lebih bahagia bukan hanya badannya sehat, tapi juga pikiran karena sabu itu kan sangat merusak saraf," ujar Catherine Wilson.
Bahkan, pemain film Tali Pocong Perawan ini mengaku sangat membenci narkoba karena telah merusak kehidupannya.
“Justru aku semakin membenci sekali sekarang, karena dengan gara-gara itu nyusahin banget, bikin aku menderita sekali," ujar Catherine.
Baca Juga: Ingin Melangkah ke Pelaminan Pasca Menjanda 8 Tahun, Catherine Wilson Beberkan Jodoh Idamannya
Bukan tanpa alasan narkoba disebut sebagai zat psikoaktif, karena barang haram ini terbukti dapat memengaruhi kerja otak.
Melansir Kompas.com, narkoba dengan golongan zat amfetamin atau metamfetamin seperti sabu-sabu dapat menyebabkan lonjakan hormone serotonin dan dopamine berkali-kali lipat.
Efeknya, pengguna narkoba merasakan rasa nyaman, gembira, serta percaya diri.
Namun, efek itu hanya berlangsung sementara dan justru dapat menyebabkan ketidakseimbangan sistem di otak.
Berikut adalah dampak negatif menggunakan narkoba terhadap otak dan saraf yang dilansir Grid.ID dari NationalGeographic.id:
Memanipulasi perasaan, mood dan perilaku
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, efek narkoba dalam membuat seseorang nyaman dan senang hanyalah sementara.
Hal ini dikarenakan narkoba dapat memengaruhi dan memanipulasi kerja otak untuk mengubah suasana hati, cara berpikir, hingga kesadaran akan perilakunya.
Bahkan, ada jenis narkoba yang dapat memberikan efek penurunan kesadaran sehingga muncul rasa mengantuk.
Memacu kerja otak berlebihan
Narkoba dapat menjadi stimulan yang membuat penggunanya merasa segar, semangat, dan lebih percaya diri.
Namun efek samping pada penggunanya bisa menyebabkan sulit tidur, gelisah, jantung berdebar lebih cepat, serta tekanan darah meningkat.
Memicu halusinasi
Zat psikoaktif seperti narkoba dapat mengubah perilaku, perasaan dan pikiran penggunanya karena pengaruhnya terhadap neurotransmitter di otak.
Hal inilah yang membuat narkoba dapat memicu halusinasi yang dianggap menyenangkan bagi penggunanya.
Namun tentu saja, di balik efek halusinasi yang ditimbulkan narkoba, ada dampak negatif berupa paranoia, perubahan suasana hati, atau bahkan hilang ingatan serta kematian.
Gangguan pada saraf
Narkoba yang menyerang otak tentunya dapat menimbulkan berbagai dampak pada saraf yang berpusat di otak.
Dampak ini meliputi gangguan pada sistem saraf sensorik, motorik, serta otonom.
Baca Juga: Millen Cyrus Ditangkap Lagi Gegara Positif Benzo, Bagimana Bahayanya untuk Tubuh?
- Gangguan saraf sensorik
Sistem saraf sensorik bekerja untuk merangsang alat indera yang membuat kita dapat melihat, mendengar, mencium bau, dan merasakan sentuhan.
Penggunaan narkoba dapat menyebabkan rasa kebas hingga gangguan penglihatan yang berujung kebutaan.
- Gangguan saraf motorik
Saraf motorik berfungsi dalam mengatur gerakan tubuh kita seperti berjalan, berbicara, hingga bernapas.
Pengguna narkoba dapat merasakan tubuhnya bergerak tanpa disadari seperti kepala bergoyang-goyang karena efek narkoba itu sendiri.
- Gangguan saraf otonom
Gangguan pada saraf otonom menyebabkan gerakan yang tidak dikehendaki melalui gerak motorik.
Hal ini membuat seorang pengguna narkoba dapat melakukan apa saja di luar kendali dan kesadarannya. (*)