Laporan Wartawan Grid.ID, Ragillita Desyaningrum
Grid.ID – Andien masih dalam suasana haru dan penuh syukur usai sang ayah, Didiek Hariadi, dinyatakan sembuh dari Covid-19.
Pasalnya, sang ayah sempat dalam keadaan kritis dan menjalani perawatan di Ruang ICU RS Fatmawati selama tiga minggu.
Hal ini diceritakan Andien dalam sebuah unggahan di Instagram TV @andienaisyah pada Rabu (3/3/2021) yang berjudul "Cerita Papah di ICU karena Covid-19".
Dalam video tersebut, penyanyi berusia 35 tahun itu juga menceritakan bahwa sebelum dirawat insentif, ayahnya sempat mengalami saturasi oksigen yang sangat rendah dan penurunan nafsu makan yang drastis.
Selagi dirawat intensif, terlihat bahwa dari hasil rontgen paru-paru sang ayah sudah memutih semua sehingga membutuhkan terapi plasma konvalesen dan CRRT.
Sayangnya, stok plasma darah di RS saat itu habis dan sulit sekali untuk mencari di tempat lain.
Namun beruntung, Andien dipertemukan oleh Vence, salah satu manager Rossa yang ternyata bersedia dan memenuhi syarat untuk mendonorkan plasma darahnya.
Pada akhirnya, keadaan ayah dari Andien pun berangsur membaik hingga dinyatakan sembuh dari Covid-19.
Lalu apa yang dimaksud terapi plasma konvalesen dan seberapa efektif terapi ini untuk menyembuhkan Covid-19?
Melansir Kompas.com, Tonang Dwi Ardyanto, Juru Bicara Satgas Covid-19 Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret (UNS) mendefinisikan terapi plasma konvalesen sebagai transfer antibodi antara penyintas suatu infeksi kepada orang yang sedang menghadapi infeksi.
Dalam hal ini, para ahli medis percaya bahwa orang yang telah sembuh dari Covid-19 akan membentuk antibodi di dalam tubuhnya yang kemudian disimpan dalam plasma darahnya.
Nah, plasma darah yang berisi antibodi ini kemudian ditransfer ke tubuh pasien yang sedang terinfeksi Covid-19 untuk membantu tubuh pasien dalam memerangi Covid-19.
"Harapannya, antibodi yang diberikan melalui plasma ini tadi, membantu untuk melawan infeksi yang sedang berjalan," ujar Tonang saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (5/12/2020).
Donor plasma konvalesen ini juga direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan sebagai salah satu terapi pengobatan pasien Covid-19 dengan gejala berat.
Selain itu, terapi ini juga telah diterapkan di berbagai negara di belahan dunia dalam memerangi infeksi.
Baca Juga: Kondisi Ashanty Sempat Menurun karena D-Dimer Tinggi, Apa Sih Artinya?
Bukan hanya dalam kasus virus Corona, melainkan juga virus lainnya seperti Ebola, SARS dan MERS.
Menurut Tonang, ada sekitar 50 persen pasien Covid-19 penerima terapi plasma konvalesen ini yang kondisinya jauh lebih baik.
Namun ada juga laporan yang cenderung tidak menghasilkan efek signifikan.
"Untungnya, sejauh ini belum didapatkan laporan yang sifatnya risiko besar atau fatal. Walaupun ada yang melaporkan tidak ada bedanya antara yang diberi (terapi) dengan yang tidak diberi," kata Tonang.
Meski begitu, terapi ini adalah terapi pengobatan yang direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan.
Bahkan, Staf Khusus Menteri Kesehatan Bidang Peningkatan Pelayanan, Jajang Edi Priyatno, menyebut terapi plasma konvalesen ini sebagai gold therapy.
Baca Juga: Jangan Sampai Ketinggalan, 4 Alat Kesehatan Ini Wajib Ada di Rumah Kamu Selama Pandemi Covid-19 ya!
“Saya tekankan untuk menggunakan plasma konvalesen, karena plasma konvalesen vaksinasi pasif sebelum vaksin tersedia. Itu adalah gold terapi pada kondisi Covid-19 ini,” kata Jajang, Jumat (11/12/2020) yang dikutip dari Tribunnews.com.
(*)