"Dulu tuh, setahunan kalau gak salah," jawab Merry.
Jauh dari kehidupannya saat ini, Merry menjelaskan dalam sehari keuntungan yang bisa dikantongi hanya Rp 15 Ribu.
Pasalnya Merry harus berbagi hasil dengan sang bibi yang membuat sate tersebut.
"Sate waktu itu masih 700 perak, (sehari) 15 ribu, saya kan dagangin punya bibiku, jadi jatahku 15 ribu," jelas Merry.
Tentu uang tersebut tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan harian Merry.
Karena jika diakumulasikan, penghasilan bulanannya yang didapat dari berjualan sate keliling hanya Rp 150 ribu.
Sehingga Merry masih sering menumpang hidup dengan sang bibi, sambil menabung sisa uang yang ada.
"150 kadang-kadang, iya (sebulan) saya kan makan sama bibi di situ, buat uang tabungan saya ya saya kumpulkan, saya nebeng ke bibi gitu, jadi lama-kelamaan saya beli kambing, beli sapi," ungkapnya.
(*)