Lalu pada 24 Maret 1925, keraton menugaskan Nederlansch Indisch Beton Maatschappij (Perusahaan Beton India Belanda) untuk membangun 11 kios untuk los-los di pasar tersebut.
Pada akhir Agustus 1925, sudah ada 11 kios yang diselesaikan di wilayah tersebut.
Resmi diberi nama Beringharjo pada tahun 1925
Nama Beringharjo secara resmi disematkan pada pasar tersebut oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VIII pada 24 Maret 1929.
Kala itu beliau meminta agar semua instansi di bawah naungan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat menggunakan bahasa Jawa.
Nama Beringharjo digunakan karena daerah tersebut awalnya adalah hutan beringin (bering). Sementara kata harjo berarti kesejahteraan.
Sehingga diharapkan Pasar Beringharjo membawa kesejahteran. Selain itu beringin juga menjadi simbol kebesaran dan pengayoman bagi banyak orang.
Bangunan Pasar Beringharjo adalah perpaduan antara arsitektur kolonial dan tradisional Jawa.
Pasar tersebut terbagi dua yakni bagian barat dan timur. Di bagian timur terdiri dari tiga lantai Sementara di bagian barat terdapat bangunan utama yang terdiri dari dua lantai.
Selain itu ada pintu masuk utama pasar yang menghadap ke Jalan Malioboro.