Find Us On Social Media :

Mengenal Sindrom Bayi Lemas alias Hipotonia yang Dialami Anak Keempat Oki Setiana Dewi, Begini Gejala dan Penyebabnya

By Devi Agustiana, Selasa, 9 Maret 2021 | 16:07 WIB

Anak Oki Setiana Dewi memiliki kondisi hipotania, sehingga harus rutin melakukan terapi.

Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana

Grid.ID – Semua orang tua tentu menginginkan yang terbaik untuk anaknya, tak terkecuali Oki Setiana Dewi.

Memiliki kondisi hipotania alias sindrom bayi lemas membuat artis sekaligus penulis ini harus ekstra dalam merawat anak keempatnya.

Hal itu terlihat saat ia melakukan terapi pada bayi lucu bernama Sulaiman Ali Abdullah yang lahir pada 16 November 2020 tersebut.

Baca Juga: Buah Cintanya yang Baru Berusia 3 Bulan Harus Telan ASI Lewat Selang, Oki Setiana Dewi Akhirnya Ungkap Soal Kondisi yang Membuat sang Putra Tersedak saat Menerima Cairan: Belum Kuat Mengeyot Juga Menangis

Ia menjelaskan bahawa sang putra harus melakukan terapi agar ototnya kuat.

Kakak dari YouTuber Ria Ricis ini pun tak lupa memohon didoakan oleh netizen agar Sulaiman cepat sembuh.

“Aku ada hipotonia alias otot lemah, makanya aku fisioterapi terus. Doain aku yaa.. supaya ototku kuat..kalau ototku kuat, aku juga jadi bisa menangis dan mengeyot dot. Semoga aku bisa cepat lepas sonde yaaa. Doain yaaa,” tulis wanta berusia 32 tahun itu.

Adapun hipotonia adalah istilah medis untuk tonus otot rendah.

Dirangkum Grid.ID dari laman WebMD, jika bayi memiliki kondisi itu, kemungkinan besar mereka akan merasa lemas di lengan, seperti boneka kain.

Itulah mengapa disebut juga sindrom bayi floppy infant syndrome.

Baca Juga: Anak Kembar Syahnaz Sempat Positif Covid-19 hingga Adik Raffi Ahmad Panik Sampai Nangis, Ini yang Harus Dilakukan Orang Tua Ketika Buah Hati Terinfeksi Virus Corona

Dokter dapat mendiagnosis kondisi tersebut dalam beberapa menit pertama kehidupan.

Mereka melakukan pemeriksaan rutin terhadap tonus otot bayi baru lahir pada 1 hingga 5 menit setelah lahir.

Tonus otot yang buruk cenderung menandakan adanya masalah dengan otak, sumsum tulang belakang, saraf, atau otot.

Baca Juga: Ahli Ungkap Manfaat Alpukat untuk Bumil, Mencegah Bayi Cacat Lahir hingga Meningkatkan ASI

Tetapi terapi fisik dan perawatan lain dapat membantu anak membangun otot yang lebih kuat dan koordinasi yang lebih baik.

Bayi baru lahir dengan hipotonia tidak akan memiliki gerakan lengan dan kaki yang kuat.

Seiring bertambahnya usia, bayi yang "terkulai" akan kehilangan pencapaian penting, seperti bisa mengangkat kepala saat tengkurap.

Baca Juga: Dinda Hauw dan Rey Mbayang Berharap Jenis Kelamin Anak Pertamanya Laki-Laki, Begini 6 Tips agar Peluang Hamil Bayi Laki-Laki Lebih Besar!

Adapun gejala umunya, seperti:

  1. Kontrol kepala yang buruk, bayi tidak dapat mengontrol otot lehernya, kepalanya akan jatuh ke depan, ke belakang, atau ke samping.
  2. Merasa lemas, terutama saat mengangkatnya. Jika mengangkat bayi dengan tangan di bawah ketiak, lengannya mungkin terangkat tanpa perlawanan seolah-olah bisa lolos dari tangan orang tua.
  3. Lengan dan kaki menggantung lurus. Bayi biasanya beristirahat dengan lengan dan kaki tertekuk siku, pinggul, dan lutut sedikit tertekuk. Tetapi anak-anak dengan hipotonia tidak.

Terkadang, kondisi tersebut juga dapat menyebabkan masalah saat menghisap dan menelan.

Selain itu, persendian anak mungkin sangat fleksibel, seperti sambungan ganda.

Baca Juga: Konsumsi Vitamin D Bikin Bayi Terlahir Cerdas Loh, Bumil Wajib Tahu!

Floppy infant syndrome dapat terjadi tanpa alasan jelas yang oleh dokter disebut sebagai hipotonia bawaan jinak.

Tetapi, ini terkait dengan masalah kesehatan lain.

Ada banyak penyebabnya, seperti:

(*)