Find Us On Social Media :

Kisah Hidup Johny Indo, Perampok Kelas Kakap yang Membantu Rakyat Miskin Hingga Berhasil Kabur dari Nusakambangan, Akhir Hidupnya Tak Terduga

By None, Selasa, 30 Maret 2021 | 12:51 WIB

Kisah Hidup Johny Indo, Perampok Kelas Kakap yang Membantu Rakyat Miskin Hingga Berhasil Kabur dari Nusakambangan, Akhir Hidupnya Tak Terduga

Grid.ID - Pernah dengar kisah Robin Hood, perampok yang membagikan hasil rampokannya pada rakyat miskin?

Siapa sangka, Indonesia juga punya sosok Robin Hood ini.

Ia adalah Johny Indo, pria yang sempat mengegerkan Indonesia di tahun 70 dan 80-an karena tindakan kriminalnya.

Baca Juga: 20 Tahun Bersama, Hotma Sitompul Mengaku Bersedia untuk Kembali Merajut Hubungan Rumah Tangga dengan Desiree Tarigan: Maunya Bersatu Kembali

Menariknya, meski dirinya melakukan beberapa kali perampokan, Johny Indo justru sangat dicintai masyarakat, terutama masyarakat miskin.

Ketika dirinya berhasil ditangkap lalu kemudian ditahan dipenjara di Lapas Nusakambangan yang terkenal sangat ketat, dia pun berhasil lolos.

Siapa gerangan dirinya?

Baca Juga: Bakal Tayang Pekan Ini, Acara Kingdom MNET Justru Tuai Kontroversi Gegara Perlakukan Peserta Grup Secara Tak Adil

Lalu bagaimana kisah pelariannya dari Nusakambangan yang sampai difilmkan tersebut?

Berikut ini kisah lengkapnya.

Dia adalah Yohanes Herbertus Eijkenboom atau populer dengan sebutan "Johny Indo", perampok legendaris di Jakarta.

Baca Juga: Jangan Tertipu Lagi! 5 Makanan yang Sering Dikira Sehat Ini Ternyata Dapat Membahayakan Kesehatan, Nomor 2 Sering Kita Konsumsi!

Ia bergerak bersama komplotannya yang diberi nama gangster Pachinko (Pasukan China Kota).

Mereka sempat membuat geger karena kerap melakukan aksi perampokan terhadap orang-orang kaya asing di Indonesia.

"Saat itu yang menjadi target rampok saya adalah orang-orang kaya asing di Indonesia," katanya dalam sebuah acara yang digelar Kementerian Sosial RI di Lembaga Pemasyarakatan di Bengkulu, Rabu (3/9/2014).

"Mereka juga banyak mengambil harta dari Indonesia, makanya saya rampokin dan uangnya saya bagi-bagikan ke masyarakat miskin."

Baca Juga: Menangis Teringat Nasib Pernikahannya dengan Tyson Lynch, Melaney Ricardo Ungkap Pembicaraannya dari Hati ke Hati dengan Suami: Kami Sepakat Mau Mencoba Lagi..

Selama melangsungkan aksinya merampok emas pada akhir tahun 1970 hingga awal 1980, dia telah mengumpulkan 129 kilogram emas.

Namun jumlah yang sangat banyak tersebut justru dibagikan kepada masyarakat miskin.

Kehadiran Jhony Indo dan gangster Pachinko itu tentu saja menjadi target dari kepolisian yang saat itu masih bersatu dengan ABRI.

Ia harus beberapa kali masuk-keluar penjara.

Baca Juga: Kalau Temukan Telur dengan Ciri-ciri ini Jangan Pernah Dibeli, Tanda Kualitasnya Tidak Layak Konsumsi!

Terakhir, di Nusakambangan, ia sempat melarikan diri bersama anak buahnya dari pengamanan superketat penjara dan menyerah setelah 11 hari bertahan hidup di tengah hutan.

Kisah kelam tersebut terurai dengan lancar dan polos oleh Jhony yang saat ini berganti nama menjadi Ki Umar Billah Al-Jhon Indo.

Beberapa cerita yang bersifat pribadi tetapi menggugah pun turut disampaikannya di hadapan 30 mantan warga binaan di Kota Bengkulu.

Selain menyampaikan kisah kelam pada masa muda, Johny juga mengisahkan perjalanan hidup yang mengarahkannya menjadi seorang pendakwah dari kampung ke kampung dan menjadi pengusaha batu akik di kawasan Pasar Poncol, Jakarta.

Baca Juga: Nekat Menato Punggungnya dengan Gambar Penuh Makna, Nia Ramadhani Bongkar Reaksi Ibunda Ardi Bakrie: Gue Punya Mertua Tuh Sabar Banget

Perjalanan hidup masuk-keluar penjaralah yang mengenalkan ia pada kedekatan hidup spiritual dan selalu mengingat Tuhan, hingga saat ini.

"Saya berprinsip, hidup saat ini mencari makan halal saja. Walau itu kecil, asal berkah," ujarnya.

Johny juga menceritakan, dari usaha kecilnya, dia bisa menjadikan anaknya seorang dokter dan ahli IT di Hongkong.

"Masa anak preman bisa jadi dokter? Bisa, asal dijalankan mengharap ridho dari Allah," ungkapnya.

Baca Juga: Tampil Santai Pakai Celana Jeans Harga Rp200 Ribuan, Bentuk Paha Nagita Slavina Justru Bikin Gagal Fokus

Komitmennya terhadap masyarakat kecil masih melekat hingga kini.

Pernah sekali waktu, lanjutnya, dia diundang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk mengisi ceramah di Istana Negara.

Namun, dia menolak, mengingat, pada waktu yang sama, ia telah lebih dahulu memiliki janji mengisi ceramah untuk masyarakat miskin di kawasan Blok M, Jakarta.

"Bukan saya tidak menghormati Presiden, tetapi saya sudah duluan berjanji dengan masyarakat miskin," tekannya.

Baca Juga: Nenek Bams Samson Kecewa hingga Bersikukuh Ogah Pindah, Terungkap Riwayat Tanah yang Kini Jadi Rumah Hotma Sitompul dan Desiree Tarigan: Tanah Dia yang Diambil

Bisa berangkat haji

Di hadapan para mantan warga binaan lapas, Jhony juga membagikan hikmah dari keikhlasan.

Menurut dia, keikhlasan mengantarkan dirinya untuk mampu berangkat haji gratis ke Mekkah.

"Saat itu, saya melihat sampah begitu banyak di selokan kampung saya, tak ada yang mau membersihkannya. Lalu, secara inisiatif, saya bersihkan sampah yang berbau busuk dan menumpuk itu. Secara tak sengaja, lewatlah pangeran Arab keturunan Raja Fahd. Dia turun dari mobil dan aneh melihat saya bertato membersihkan sampah," kenangnya.

Saat itu, pangeran Arab tersebut mengomentari tato yang dimilikinya dengan kata haram.

Baca Juga: Luna Maya Pamer Visual Menawan Sang Kakek yang Warisi Darah Eropa, Wajah Gantengnya Tak Kalah dari Artis Hollywood!

Sempat terjadi perdebatan saat itu.

Namun, pasca-pertemuan itulah pangeran Arab itu menjemputnya dengan jet pribadi agar Jhony berangkat haji dengan layanan super-VVIP.

"Itu hikmah dari kerja ikhlas, buahnya nikmat saya bisa berangkat haji," tambahnya.

Sekali waktu, masih terkait soal ikhlas, dia pernah tak diberi honor saat menjadi penceramah.

Hal ini menyebabkan ia harus pulang berjalan kaki berpuluh kilometer.

Baca Juga: Sedang Bahagia-bahagianya Jadi Pengantin Baru, Adik Ipar Engku Emran Justru Dinyinyirin Netizen hingga Diselidiki Polisi Gegara Pernikahannya Diduga Melanggar Protokol Covid-19

Untuk naik angkot pun ia tak punya uang.

Namun, beberapa waktu kemudian, ia mendapatkan tawaran dari pengusaha kaya untuk mengisi ceramah di perusahaan pengusaha tersebut dengan bayaran jutaan rupiah.

"Saat itu saya terkejut, begitu besarnya uang tersebut," ungkapnya.

Hingga kini, Jhony mengaku memiliki rumah baca di bawah Yayasan Jhon Indo Foundation yang disokong oleh Kementerian dan Dinas Sosial.

Kisah Jhon Indo tersebut merupakan motivasi bagi para mantan warga binaan lapas di Bengkulu agar mereka tetap optimistis menapaki hidup.

Baca Juga: Alyssa Daguise Kena Nyinyir Netizen Lantaran Tak Tahu Kata Sendok, Maia Estianty Langsung Pasang Badan Bela Calon Mantu: Taunya Spoon Mbak

Ia juga berharap agar masyarakat umum tak memberikan stigma negatif berkepanjangan bagi para narapidana.

"Pernah dipenjara itu sudah menjadi perjalanan hidup kita, dan ditentukan Tuhan. Namun, mulai ke depan, kita perbaiki hidup kita, mulai dari diri sendiri, keluarga, dan seterusnya dalam upaya membangun Indonesia," ujar Johny bersemangat, diiringi riuh tepuk tangan para mantan preman yang menyimak ceramahnya.

Diskusi yang digelar Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Kementerian Sosial RI itu bekerja sama dengan LSM Kantong Informasi Masyarakat (KIPAS) semakin seru saat Kepala Dinas Sosial Provinsi Bengkulu Harnyoto ikut memandu sebagai moderator dan memiliki pengetahuan cukup lengkap mengenai sepak terjang Jhon Indo pada masa muda.

Baca Juga: Bak Hilang Ditelan Bumi Usai Lahirkan Darah Daging Ariel NOAH, Begini Kabar Sarah Amalia yang Ubah Penampilan Hingga Bikin Pangling

"Beliau legenda Robin Hood-nya Indonesia. Saat ini, dengan semangatnya, ia bisa menjadi teladan banyak orang," kata Harnyoto.

Sebanyak 30 mantan warga binaan tersebut juga mendapatkan pendidikan berwirausaha dari pemerintah serta bantuan modal agar dapat membangun hidup lebih baik, diterima, dan bermanfaat bagi masyarakat.

12 Hari Menembus Hutan Perawan

Tanggal 20 Mei 1982, Johnny Indo, bersama 34 narapidana lain kabur dari Lembaga Pemasyarakatan Permisan di ujung barat Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.

Baca Juga: 7 Cara Menghemat Biaya Pernikahan, Salah Satunya Kirim Undangan Pakai E-Card

Setelah bertarung 12 hari menembus hutan perawan, penuh jurang dan binatang buas, dia pun menyerah.

Kisah pelarian tersebut tertuang dalam buku Johny Indo: Tobat dan Harapan (1990).

Kisah narapidana (napi) itu mengukuhkan pulau ini sebagai penjara ”Alcatraz” di Indonesia.

Alcatraz adalah pulau penjara dengan tingkat keamanan maksimal di Teluk San Francisco, Amerika Serikat, yang ditutup tahun 1963.

Baca Juga: Cara Praktis Bikin Rendang Pakai Rice Cooker, Daging Pasti Empuk dan Hemat Gas!

Tak berlebihan membandingkan Nusakambangan dengan Alcatraz.

Terpisah selat yang dalam dengan daratan Pulau Jawa, alam Nusakambangan kian sangar dikurung belantara hutan tropis.

Pulau itu juga menjadi habitat hewan buas, seperti macan tutul dan ular berbisa.

Oleh sebab itu, hingga kini, Nusakambangan menjadi rujukan bagi napi kelas kakap, mulai dari kasus pembunuhan, perampokan, terorisme, hingga korupsi.

Baca Juga: Baru Sehari Ditinggal Suami untuk Selama-lamanya, Istri Kaget Dapat Kiriman Foto Rahasia Hingga Fakta Mengerikan ini Terungkap

Selain Johny Indo, beberapa figur menonjol yang pernah menghuni Nusakambangan adalah Kusni Kasdut, Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto), M Bob Hasan, Fabianus Tibo (terpidana kasus pembunuhan di Poso, Sulawesi Tengah), serta napi kasus terorisme, seperti Amrozi, Imam Samudra, dan Mukhlas.

Tahun 1965-1970, Nusakambangan pernah menjadi tempat pembuangan sementara hampir 10.000 orang yang diduga terlibat dalam gerakan komunis dan pemberontakan 30 September 1965, termasuk novelis Pramoedya Ananta Toer.

Selain sebagai penjara, pulau ini juga menjadi lokasi eksekusi bagi terpidana mati.

Salah satu lokasi yang sering menjadi tempat eksekusi adalah Lembah Nirbaya, sebuah dataran luas di tengah pulau.

Baca Juga: Dituding Selingkuh dengan Istri Bams Samson hingga akan Bercerai dengan Desiree Tarigan, Kuasa Hukum Hotma Sitompul: Itu Adalah Fitnah

Menurut beberapa petugas LP di Nusakambangan, area itu dikenal angker.

Saat Kompas memasuki Nusakambangan beberapa waktu lalu, pemeriksaan sangat ketat dimulai sejak hendak menyeberang dari dermaga Wijayapura.

Penyeberangan itu butuh waktu 10 menit dengan kapal khusus milik Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Di Nusakambangan, setiap LP terhubung jalan aspal.

Setiap penjara itu dikelilingi pagar kawat berduri dan dialiri listrik.

Baca Juga: Gisella Anastasia Santai Olahraga Pakai Celana Super Pendek, Penampakan Tato di Bagian ini Malah Bikin Salah Fokus

Sebagian lahan di Nusakambangan juga dimanfaatkan untuk perkebunan karet dan buah-buahan yang dikelola koperasi pegawai LP.

Beberapa napi ikut berkebun atau beternak. Pengunjung bisa membawa cendera mata berupa batu akik karya napi.

Johny Indo, Sang Robin Hood Indonsia tersebut meninggal dunia di Jakarta pada 26 Januari 2020.

(*)

Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul Merampok Tapi Disayangi Rakyat Miskin, Dipenjara di Nusakambangan Tapi Berhasil Lolos, Inilah Johny Indo, Robin Hood dari Indonesia