Sementara itu, wilayah lainnya di luar Pasifik barat seperti Brasil bagian utara dan sebagian pantai barat Amerika Serikat juga terdampak.
2. Pengurangan curah hujan
Ternyata, selain mengakibatkan peningkatan curah hujan, fenomena La Nina juga menyebabkan pengurangan curah hujan yang terjadi di sebagian pantai timur Asia, bagian tengah Afrika dan sebagian Amerika bagian tengah.
Pengaruh La Nina untuk Indonesia
Sebagai bagian dari variabilitas sistem iklim global, La Nina dan El Nino terjadi berulang dan memiliki siklus 2-8 tahun.
Dwikorita mengatakan, La Nina terakhir pada tahun 2010, di mana untuk wilayah Indonesia dikenal sebagai tahun basah karena hampir terkesan tidak ada kemarau sepanjang tahun akibat curah hujan yang berlebih.
"La Nina lebih dipandang sisi negatifnya saja yang berdampak pada bencana hidrometeorologi," kata Dwikorita dalam diskusi bertajuk La Nina: Manfaatkan Air Hujan Berlimpah untuk Kesejahteraan dan Pengurangan Risiko Bencana Hidrometeorologi, Selasa (29/12/2020).
Padahal, dalam enam kali La Nina dalam periode 30 tahun terakhir, telah terjadi surplus air tanah tahunan di Waeapo, Pulau Buru sebesar 755 mm atau setara dengan 222 persen dari kondisi normalnya.
Oleh karena itu, sebenarnya kata Dwikorita, hal tersebut mengindikasikan bahwa dampak La Nina selain memiliki sisi ancaman, ternyata juga punya peluang positif yang dapat dimanfaatkan.
Adapun, pemanfaatannya nanti bisa berupa panen hujan dan surplus air tanah, peningkatan produktivitas pertanian yang memerlukan banyak air, dan pemanfaatan telaga yang muncul selama tahun basah untuk budidaya ikan air tawar semusim.
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Apa Dampak Fenomena La Nina bagi Indonesia? Ini Penjelasan BMKG" dan Pos Kupang dengan judul "Analisis BMKG La Nina Masih Berlangsung Hingga Mei 2021"