"Pernah dulu itu ibu mau dagang, sama tetangga yang dagangnya dipanggul gitu,"
"Saya ikut ke pasar mulai jam setengah dua pagi, bawa obor jalan ke pasar,"
"Dulu kan gak ada mobil, ibuku dagang garam di pasar itu,"
"Ibu selalu ngomong, kalau saya bawa kamu nak, dagangan saya laris," ungkap Merry sambil terisak tak kuasa menahan tangis.
"Waktu itu saya masih madrasah. Saya bawa obor malam-malam, dan pasarnya jauh,"
"Saat itu juga kebetulan hanya garam yang bisa dijual,"
"Ibu sempat bilang, nak kamu duduk di sini ya, ini garam kamu. Ibu duduk di situ ya nak, sambil melihat kamu. Takutnya nanti kamu kenapa-kenapa sama orang,"
"Itu yang saya gak pernah bisa lupa," ungkapnya.
Baca Juga: Terlihat Bruntusan, Pevita Pearce Pamer Kondisi Wajah Aslinya Tanpa Makeup
"Saya habis jualan garam itu, kalau udah selesai laku duluan sama ibu dibelikan lontong yang dicampur sama tauge. Saya disuruh makan duluan," imbuhnya.
Merantau jauh dari keluarga, Merry tak pernah lupa pesan ibunya.