Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Pada 2017 lalu, kita sempat digegerkan oleh berita gadis asal Banjarmasin yang dijuluki putri tidur.
Diwartakan laman Tribun Manado (6/4/2021), hal itu lantara wanita bernama Siti Raisa Miranda alias Echa tertidur selama 13 hari.
Kini, Echa kembali dikabarakan tertidur selama 4 hari.
Baca Juga: Masih Ingat Echa Si Putri Tidur? Begini Kondisinya Sekarang
Echa diduga mengidap sindrom hipersomnia.
Adapun hipersomnia adalah kondisi di mana kita merasa kantuk berlebihan di siang hari.
Ini dapat terjadi bahkan setelah lama tidur.
Baca Juga: Setiap Malam Susah Tidur? Coba Konsumsi Susu Kunyit dan 7 Minuman Ini, Dijamin Langsung Lelap
Dilansir Grid.ID dari Healthline.com, nama lain untuk hipersomnia adalah excessive daytime sleepiness (EDS).
Hipersomnia bisa menjadi kondisi primer atau sekunder.
Hipersomnia sekunder adalah akibat dari kondisi medis lain.
Ini dapat termasuk sleep apnea, penyakit parkinson, gagal ginjal, dan sindrom kelelahan kronis.
Kondisi tersebut menyebabkan kurang tidur di malam hari, sehingga membuat lelah di siang hari.
Sementara, hipersomnia primer terjadi tanpa adanya kondisi medis lain.
Hipersomnia primer diduga disebabkan oleh masalah pada sistem otak yang mengontrol fungsi tidur dan bangun.
Gejala utama hipersomnia adalah rasa lelah yang terus-menerus.
Orang dengan hipersomnia mungkin tidur siang sepanjang hari, tapi tidak menghilangkan rasa kantuk.
Mereka juga mengalami kesulitan bangun dari waktu tidur yang lama.
Gejala hipersomnia lainnya meliputi:
- Energi rendah
- Sifat mudah marah
- Kegelisahan
- Kehilangan selera makan
- Berpikir atau berbicara lambat
- Kesulitan mengingat
- Kegelisahan
Baca Juga: Makan Malam saat Diet Masih Aman Kalau Kamu Tahu Aturan Berikut Ini, Gak Akan Bikin Gendut
Orang dengan beberapa kondisi yang membuat mereka lelah di siang hari paling berisiko mengalami hipersomnia.
Kondisi ini termasuk sleep apnea, masalah ginjal, jantung, otak, depresi atipikal, hingga fungsi tiroid yang rendah.
American Sleep Association menyatakan bahwa kondisi tersebut lebih mempengaruhi pria daripada wanita.
Orang yang merokok atau minum alkohol secara teratur juga berisiko mengalami hipersomnia.
Obat yang menyebabkan kantuk pun dapat memiliki efek samping yang mirip dengan hipersomnia.
Beberapa orang dengan hipersomnia dapat memperbaiki gejalanya dengan perubahan gaya hidup yang tepat.
Pengobatan juga dapat membantu kondisi ini.
Namun, beberapa mungkin tidak pernah merasa lega atau sembuh sepenuhnya.
Ini bukan kondisi yang mengancam jiwa, tetapi dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang.
(*)