Grid.ID - Banjir bandang karena badai seroja yang melanda wilayah Nusa Tenggara Timur menelan ratusan korban jiwa dan meluluhlantakkan semuanya.
Melihat besarnya bencana Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA) bersama tim dokter, perawat serta para relawan memutuskan berangkat ke lokasi untuk membantu para korban.
”Informasi dari Kepala BNPB, Pak Doni Mordano sampai kemarin sudah ada 117 orang korban meninggal, 76 orang hilang serta ratusan korban luka. Karena itu RSTKA harus berangkat. Kami ingin bergabung membantu saudara-saudara yang tengah berduka,” kara direktur RSTKA, dr. Agus Harianto, SpB, Jumat (8/4). Agus Harianto, menjelaskan RSTKA merencanakan akan berangkat, Jumat (8/4) sore. Untuk menuju lokasi memakan waktu perjalanan sekitar empat hari lamanya.
“Tetapi untuk kepastian waktu berangkat tetap menunggu ijin dari syahbandar, Tanjung Perak, Surabaya yang menjadi base camp RSTKA di Surabaya. Karena syahbandar yang punya otoritas untuk memberi ijin kapal bisa berlayar atau tidak. Semoga cuaca bagus supaya kami segera bisa berlayar.” Untuk keberangkatan nahkoda Kapten Mudatsir dibantu enam orang ABK tersebut akan membawa enam orang mahasiswa yang menjadi relawan di lapangan.
Untuk tim dokter beserta perawat akan menyusul ke lokasi menggunakan penerbangan reguler setelah kapal tiba di lokasi bencana.Dalam misi kemanusiaan di NTT ini RSTKA akan memberangkatkan sekitar 40 orang tenaga kesehatan. Mulai dari dokter spesialis bedah, orthopedi, penyakit dalam, obgyn, anestesi, anak, dokter umum serta perawat. Diluar tenaga kesehatan ada relawan yang datang dari berbagai latar belakang keilmuan. Mengingat lokasi terdampak ada di beberapa tempat rencanannya dari Surabaya RSTKA akan langsung menuju Larantuka untuk transit, selanjutnya bergerak ke daerah yang terparah yakni Adonara baru kemudian bergeser ke Lembata, Pantar, dan Alor dan lainnya.
“Tetapi, lebih pastinya nanti setelah di lokasi baru akan ketahuan RSTKA akan bergerak memberi pelayanan kemana saja,” papar Agus. Dalam misi sosial ini ada donasi dari masyarakat. Donasi bisa berupa uang, baju layak pakai, juga pokok makanan. Bantuan bisa diserahkan di sekretariat RSTKA di fakultas kedokteran Unair, Jl. Prof. Dr. Moestopo, Surabaya. RSTKA adalah sebuah kapal rumah sakit jenis pinisi dengan panjang 27 meter dengan lebar 7 meter.
Di lambung kapal terdapat fasilitas dua ruang operasi standar rumah sakit, kamar obat, ruang pemulihan pasien paska operasi.
KERAHKAN TIM MEDIS
Sementara itu, Perhimpunan Ahli Bedah Ortopedi Indonesia (PABOI) dan Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia (PDEI) mengerahkan tim medis gabungan dari wilayah terdekat untuk segera menangani para korban.
Ada 6 dokter spesialis ortopedi dan 1 dokter spesialis anestesi, yakni dr. Muhammad Phetrus Johan, Ph.D., SpOT(K), dr. Hisbullah, Sp.An, KIC, dr. Nur Rahmansyah, Sp.OT, dr. Helmiyadi Kuswardhana, Sp.OT, dr. I Made Buddy Setiawan, SpOT(K), dr. Sudjitoe Rante, M. Biomed, SpOT(K), dr. Zuwanda, SpOT, serta dua orang perawat operasi ortopedi
"Situasi darurat saat ini adalah penanganan pasien yang mengalami masalah terkait Muskoloskeletal (tulang dan sendi). Kami sudah berkoordinasi dengan PABOI di berbagai wilayah agar menyiapkan tenaga medis yang akan dirotasi setiap minggu. Hal ini untuk menjaga stamina para tenaga medis yang bertugas juga untuk menghindari kelelahan,” ujar Dr. dr. Edi Mustamsir, SpOT(K) selaku Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia (PABOI).
Tim medis tersebut berangkat pada tanggal 6 April 2021 dari Makassar menuju Maumere yang kemudian dilanjutkan dengan perjalanan darat menuju Larantuka pada hari yang sama.
Sesudah menangani para korban di RSUD Larantuka, tim medis gabungan PABOI dan PDEI ini terbagi menjadi dua tim yang menuju ke Lembata yang dipimpin oleh dr. I Made Buddy Setiawan, SpOT(K) dan Alor yang dipimpin oleh dr. Muhammad Phetrus Johan, Ph.D., SpOT(K).
Sementara itu dr. Helmiyadi Kuswardhana, Sp.OT tim medis yang berada di Lembata mengatakan, “Saat ini tim medis di Lembata menyiapkan operasi pasien patah tulang yang terdampak bencana banjir longsor di wilayah tersebut. Alat dan bahan operasi ortopedi dibawa lengkap oleh tim medis PABOI untuk memberikan hasil yang terbaik.
Ketua Tim Mitigasi PB IDI, dr Adib Khumaidi, SpOT meminta pemerintah dan petugas penanganan bencana agar tetap menjalankan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid di area bencana. Para tim medis juga harus lebih waspada agar tidak terpapar Covid selama menangani pasien.
Alit Indonesia, yayasan yang berfokus pada perlindungan anak, berbasis di Surabaya bekerja sama dengan Resimen Artileri 2 Pasmar 2 Korps Marinir mengumpulkan dan mengirimkan donasi korban bencana alam Slikon Tropis Seroja yang mengakibatkan 10 wilayah di Nusa Tenggara Timur terkena angin kencang, banjir bandang dan tanah longsor. Donasi ini datang dari masyakarat, baik pribadi maupun organisasi antara lain GKI, GRII dan dari Keluarga Besar ALIT Indonesia sendiri. Seluruh donasi ini akan diberangkatkan dari Surabaya dengan KRI Koarmada II TNI AL. Dalam serah terima barang-barang donasi dari Alit Indonesia, Jumat, 9 April 2021, Kolonel Marinir Aris Budiadi, S.Pi.,M.M menyatakan, “Gerakan kemanusiaan ini menjadi salah satu misi kami untuk menguatkan bangsa.
Kesatuan TNI AL lalu mengorginisir bantuan dari wilayah-wilayah lain. Donasi dikumpulkan dari para anggota dan juga mengetuk hati masyarakat lain untuk tergerak membantu. .”
Gandhi Wasono