Sementara di industri kimia dan farmasi, glucomannan biasa digunakan sebagai bahan pengisi dan pengikat tablet, bahan pelapis, dan bahan perekat. Beberapa industri lainnya juga kerap menggunakan tanaman ini sebagai pelapis kedap air, penguat tenunan, hingga bahan pembuat kertas tahan air.
Mudah untuk dibudidaya
Dari segi tampilan, porang memiliki bunga dengan bagian dalam berwarna merah muda dengan bercak putih. Bunga ini akan mengeluarkan bau busuk saat mekar untuk menarik lalat membantu penyerbukan.
Porang juga memiliki bulbil atau tonjolan bulat berwarna cokelat yang tumbuh di bagian daun porang. Satu tanaman porang bisa menghasilkan 1-20 bulbil dengan bentuk dan ukuran beragam. Bulbil inilah yang dimanfaatkan sebagai bibit untuk budidaya selanjutnya.
Tanaman ini juga relatif bisa bertahan di tanah kering. Dikutip dari data Kementerian Pertanian, porang bisa beradaptasi di berbagai jenis tanah dan ketinggian antara 0-700 mdpl. Kelebihan lainnya, porang juga bisa ditanam dengan tumpang sari dengan perawatan minim.
Meski tidak membutuhkan media dan perawatan tertentu, budidaya porang membutuhkan waktu di atas satu tahun untuk bisa menghasilkan umbi yang baik sehingga masa panennya cukup lama.
Porang membutuhkan air dengan intensitas sedang, tidak sampai membuat tanah menjadi becek namun juga jangan sampai tanah kering. Kuncinya, kadar pH tanah yang digunakan untuk menanam porang harus berada di antara 5,5 sampai 6,5.
Baca Juga: Caca Tengker dan sang Suami Merayakan Ulang Tahun Pernikahan, Rieta Amilia Beri Ucapan Manis
Adapun musim panen porang pertama berkisar antara Maret dan April. Sementara, panen kedua berada di Juli sampai Agustus. Pada musim panen pertama, porang cenderung dihargai paling rendah dengan harga Rp 11.000 per kilogram (kg) karena kadar airnya masih tinggi.
Sedangkan pada panen kedua, harganya bisa mencapai Rp 13.000 sampai 15.000 per kg. Saat ini, sudah banyak petani yang mengekspor hasil olahan porang ke berbagai negara, seperti Jepang, China, Australia, hingga Vietnam.
Tips menanam porang