Laporan Wartawan Grid.ID, Ragillita Desyaningrum
Grid.ID – Pada usia pra-remaja, anak mulai memasuki transisi dari masa kanak-kanak menuju usia remaja.
Jangan terkejut apabila pada fase ini anak sudah menunjukkan tanda-tanda tertarik dengan lawan jenisnya.
Melansir Nova.id, menurut Psikolog Klinis Dewasa, Linda Wati, M.Psi., Psikolog, ada beberapa tanda yang terlihat pada anak, di antaranya:
- Anak lebih sering menggunakan handphone dan sosial medianya
- Anak lebih memerhatikan penampilannya
- Anak sering melamun
- Anak bertanya pada orang lain tentang penampilannya
- Anak merasa malu ketika ditanya apakah ada orang yang sedang disukainya
Tentunya hal ini adalah hal yang normal karena cepat atau lambat anak akan berada pada fase ini.
Yang menjadi sisi positifnya adalah anak akan terlihat lebih bahagia dan kepercayaan diri anak akan meningkat.
Ketika anak menyadari bahwa dirinya jatuh cinta, artinya anak juga telah mengenali perasaannya sendiri sehingga ini dapat menjadi pengalaman baginya.
Meski begitu, tentunya ada sisi negatif yang mungkin saja terjadi seperti anak menjadi lebih sering mengabaikan tugas dan perannya yang lain.
Baca Juga: Anak Malas Belajar? Perhatikan Tiga Faktor ini dan Solusinya
Lalu apa yang bisa dilakukan orangtua untuk menghadapi anak pra-remaja yang sudah merasakan jatuh cinta?
Melansir dari laman Moms.com via Kompas.com, berikut adalah ulasannya.
Ketahui apakah anak jatuh cinta atau terobsesi
Jatuh cinta dan terobsesi adalah dua hal yang berbeda di mana perasaan terobsesi memperlihatkan perilaku yang tidak sehat.
Menurut Paired Life, obsesi dapat memicu rasa sakit dan penderitaan karena perasaan harus memiliki atau menjalin hubungan dengan orang tersebut.
Membicarakan sosok yang sedang dipuja
Anak yang sedang jatuh cinta cenderung lebih tertutup dan malu jika ditanya mengenai perasaannya atau sosok yang disukainya.
Untuk itu, cobalah untuk melakukan pendekatan dengan anak untuk mengetahui bagaimana perasaannya dan seperti apa sosok yang disukainya.
Menjelaskan tentang obsesi
Karena masih kecil dan minim pengalaman, anak belum mengetahui perbedaan jatuh cinta dan terobesesi.
Di sinilah peran orangtua dibutuhkan untuk menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan obsesi dan bahaya yang ditimbulkannya.
Baca Juga: 4 Tips Biar Nggak Terobsesi Lagi dengan Mantan, Nomor 2 Paling Penting Dilakukan!
Mengajarkan self-love pada anak
Mengajarkan anak untuk tidak lupa mencintai dirinya sendiri adalah bagian yang sangat penting ketika anak sudah merasa jatuh cinta dengan orang lain.
Biarkan anak memahami bahwa dirinya lebih penting dibandingkan orang yang ia sukai.
Sadarkan anak bahwa perasaannya hanya sementara
Ketika cintanya tak terbalas, biarkan anak memahami apa yang dirasakannya untuk beberapa waktu.
Setelah itu, ingatkan anak bahwa perasaan yang dirasakannya hanyalah sementara dan anak bisa jatuh cinta lagi dengan orang lain.
(*)